Mohon tunggu...
MULIA EFNI
MULIA EFNI Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Padang

Saya memiliki minat pada linguistik, sastra, dan sejarah. Saya hobi membaca buku-buku tentang sejarah baik itu buku fiksi maupun nonfiksi.

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Tentang Kamu: Menilik Perjuangan Hidup Sri Ningsih

15 Desember 2023   11:29 Diperbarui: 15 Desember 2023   11:37 231
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Seperti novel-novel karangan Tere Liye lainnya yang menampilkan ending yang tak terduga, Tentang Kamu juga jauh dari perspektif awal saat mulai membacanya. Melihat dari judulnya, kita akan beranggapan Tentang Kamu adalah novel roman yang menitikberatkan ceritanya pada masalah percintaan antara "kamu" dan tokoh utamanya yang melankolis dan penuh keromantisan. Namun, jauh dari kata romansa, Tentang Kamu lebih tergolong kepada novel inspiratif dengan penggambaran cerita detektif.  Novel Tentang Kamu mengisahkan perjalanan hidup tokoh utama, Sri Ningsih, serta masalah-masalah yang dihadapinya. Cerita dimulai dengan latar waktu sekarang dimana Sri Ningsih yang baru saja meninggal dunia di Paris mewariskan harta kekayaan senilai satu miliar poundsterling atau setara dengan 19 triliun rupiah. Naasnya, Sri Ningsih tidak memiliki ahli waris yang diketahui dan juga tidak meninggalkan surat wasiat. Pengacara dari badan hukum yang mengurus masalah harta warisan Sri Ningsih, Thompson & Co. pun mulai mencari dan menelusuri kerabat Sri Ningsih dengan hanya bermodal buku diary Sri Ningsih.

Penelusuran kehidupan Sri Ningsih dimulai dari tempat kelahirannya di Pulau Bungin, lalu di Madrasah Kiai Ma'sum Surakarta, lanjut ke Jakarta, London, hingga Paris. Dalam novel, perjalanan hidup Sri dibagi ke dalam 5 fase sesuai dengan buku diary-nya yang disebut penulis sebagai juz kehidupan. Kelima juz tersebut adalah Tentang Kesabaran, Tentang Persahabatan, Tentang Keteguhan Hati, Tentang Cinta, dan Tentang memeluk Semua Rasa Sakit. Tere Liye menyajikan kisah flashback ketika mengisahkan perjalanan hidup Sri Ningsih. Alur flashback ini disajikan seolah-olah pembaca berada di masa itu sehingga membuat pembaca lebih mendapat feel tentang bagaimana masalah yang tiada henti menimpa Sri Ningsih dan bagaimana Sri berjuang menghadapi masalah-masalah tersebut.

Tere Liye sangat kompleks ketika menampilkan setiap bab kehidupan Sri Ningsih tanpa tertinggal satu tahun pun. Dimulai dari juz pertama kehidupan Sri di Pulau Bungin, Tentang Kesabaran, yakni dari tahun kelahiran Sri 1946 sampai 1960 saat Sri meninggalkan Bungin untuk bersekolah di Surakarta. Dalam rentang waktu 14 tahun ini, Sri kecil telah ditempa dengan ujian yang seharusnya tidak dirasakan anak seusia Sri. Sri telah menjadi "gadis kecil yang dikutuk" bagi ibu tirinya. Masa kecil Sri dihabiskan untuk berjuang agar tetap sabar.

Berangkat dari kisah Cinderella, agaknya Tere Liye terinspirasi untuk memakai ide ibu tiri jahat dalam mengisahkan perjuangan awal Sri. Terpukul dengan kematian suaminya, ibu tiri Sri menyalahkan Sri dan membebankan semua tanggung jawab kepada Sri. Begitupun dengan Sri yang mau saja dengan ikhlas dan sabar menghadapi ibu tirinya. Padahal di saat Sri bisa saja lari atau melawan ibu tirinya, Sri masih saja bertahan dengan sikap ibu tirinya. Sri selalu bangun sebelum subuh dan tidur paling malam untuk bekerja membanting tulang mencari uang dan melakukan pekerjaan rumah.

Tere Liye menggambarkan Sri Ningsih sebagai gadis kecil yang sangat patuh dan menepati janji kepada mendiang ayahnya yakni selalu menuruti perkataan ibu tiri dan menjaga adiknya. Sri juga digambarkan memiliki sikap sangat sempurna sebagai anak-anak. Ia tidak pernah mengeluh ataupun melawan kepada ibu tirinya. Bahkan Sri tetap berusaha menolong ibu tirinya saat kebakaran rumah mereka. Kesabaran tanpa batas dan keikhlasan inilah yang membawa Sri pada juz kedua kehidupannya.

Terima kasih banyak atas pelajaran tentang kesabaran. Bapak, aku akhirnya memahaminya. Apakah sabar memiliki batasan? Aku tahu jawabannya sekarang. Ketika kebencian, dendam kesumat sebesar apa pun akan luruh oleh rasa sabar. Gunung-gunung akan rata, lautan akan kering, tidak ada yang mampu mengalahkan rasa sabar. Selemah apa pun fisik seseorang, semiskin apa pun dia, sekali di hatinya punya rasa sabar, dunia tidak bisa menyakitinya. Tidak bisa.

            Juz kedua kehidupan Sri, Tentang Persahabatan, adalah perjuangan Sri dalam mempertahankan persahabatannya. Setelah kebakaran rumah yang menewaskan ibu tirinya, Sri dan adiknya, Tilamutta, pergi bersekolah ke Madrasah Kiai Ma'sum Surakarta. Di sana Sri mendapatkan sahabat yang menjadi awal petaka kehidupan Sri. Pada awalnya, Sri, Nur'aini, dan Sulastri bersahabat dekat. Namun, semua berubah setelah keirian dan kedengkian menyelimuti hati Sulastri. Muak dengan Nur'aini dan suaminya, Sulastri dan suaminya minggat dari madrasah dan bergabung dengan kelompok komunis yang saat itu sedang hangat-hangatnya di Indonesia. Sulastri dan suaminya pun mulai berubah dengan menjauh dari nilai-nilai agama. Sebagai sahabat, Sri berjuang untuk terus menyakinkan Sulastri agar kembali ke madrasah. Namun, semua usaha Sri gagal. Kedengkian Sulastri makin menjadi-jadi. Dengan pengaruh dari paham komunis tersebut, kelompok Sulastri menyerang madrasah dan membunuh semua orang yang ditemuinya tak terkecuali keluarga Kiai Ma'sum dan adik Sri, Tilamutta.

Apa arti persahabatan? Apa pula arti pengkhianatan? Apakah sahabat baik akan mengkhianati sahabat sejatinya? Bapak, Ibu, ternyata Sri bukan sahabat yang baik. Sri telah mengkhianati teman terbaik. Sri harus memilih, sahabat sejati atau kebenaran.... Bertahun-tahun kejadian tersebut telah berlalu, tapi Sri tetap tak bisa mengusir rasa bersalah.

Normalnya seseorang akan membenci siapapun yang menyakiti orang-orang terdekatnya, namun tidak bagi Sri Ningsih. Lagi-lagi Sri Ningsih digambarkan sebagai gadis yang "terlalu" baik hati. Di saat adiknya, Tilamutta, tewas karena kelompok Sulastri, Sri masih saja menganggap Sulastri sebagai sahabatnya. Bahkan Sri merasa bersalah kepada Sulastri. Sri beranggapan ia telah "mengkhianati" Sulastri dengan menjadi saksi di persidangan yang memenjarakan Sulastri. Walau merasa bersalah dan berkhianat kepada Sulastri, pilihan Sri untuk tetap pada kebenaran dengan bersaksi atas keterlibatan Sulastri dalam kelompok komunis adalah pilihan yang berat. Di satu sisi Sri ada sahabat dan di sisi lain ada kebenaran dan keadilan. Walau digambarkan sebagai orang yang baik dan rela berkorban, Tere Liye masih mempertahankan karakter realistis dalam melihat kebenaran pada tokoh Sri Ningsih. Terlepas dari itu, sisi positif dari kebaikhatian Sri Ningsih adalah ia tidak pernah mendendam dan selalu positive thinking kepada orang lain. Sri mudah dalam bangkit dari keterpurukan. Tere Liye secara tidak langsung mengajak pembaca untuk menjadi seperti Sri yang dengan cepat memaafkan karena inti dari memaafkan adalah menyelamatkan diri sendiri. Ketabahan hati ini pun membawa Sri kepada juz ketiga kehidupannya di ibukota Jakarta.

Setelah kejadian menyakitkan di Madrasah Kiai Ma'sum, Sri bertolak ke Jakarta memulai juz ketiga, Tentang Keteguhan Hati. Tidak seperti saat pertama kali ke Surakarta, di Jakarta Sri tidak memiliki tempat yang akan dituju. Di sinilah keteguhan hati Sri benar-benar diuji. Saat ia berjuang mencari pekerjaan dan tetap memilih bertahan di Jakarta atau kembali ke madrasah. Selama lebih kurang 12 tahun di Jakarta, Sri telah belajar banyak hal tentang dunia bisnis dan usaha. Di Jakarta Sri memulai usaha berjualan dengan gerobak dorong. Usaha tersebut berkembang pesat. Namun, beberapa tahun kemudian banyak yang meniru cara berjualan Sri dengan gerobak dorong. Akhirnya Sri banting setir dengan menjual semua gerobak dorongnya dan membuka usaha baru, rental mobil. Usaha "Rahayu Car Rental" juga berkembang pesat. Namun, lagi-lagi usaha Sri ini ditimpa ujian. Massa yang saat itu berdemo di Jakarta mengamuk dengan membakar semua produk keluaran Jepang, termasuk mobil-mobil rental milik Sri. Semua usaha dan tabungan Sri selama di Jakarta pun hangus dalam sehari. Sri yang sudah "bangkrut" pun akhirnya bekerja di sebuah perusahaan sabun cuci di Jakarta. Karena keteladanannya dalam bekerja, bos Sri mengirim Sri ke Singapura untuk belajar produk Toiletries. Berkat pemahaman dan pengalaman selama bekerja di pabrik sabun cuci, Sri kembali mencoba membangun usaha. Kali ini adalah usaha membuat sabun mandi "Rahayu". Berkat visi dan misi yang jelas dan konsisten, usaha sabun mandi "Rahayu" juga berkembang pesat bahkan mampu menyaingi perusahaan multinasional.

Tere Liye menggambarkan Sri sebagai gadis yang mudah disukai orang dan mampu belajar secara otodidak. Prinsip yang selalu dipegang Sri adalah jangan pernah menyerah. Ketika gagal 1000x maka pastikan kita bangkit 1001x. Itulah yang dilakukan Sri Ningsih. Ketika gagal dalam usahanya, ia akan kembali dengan usaha-usaha barunya. Berkat kevisionerannya, Sri mampu mengembangkan setiap usaha yang dirintisnya. Sri juga orang yang mau belajar dari orang lain dan lingkungan. Sebab itulah Sri mampu berbisnis tanpa mengenyam pendidikan bisnis. Dengan kesuksesan itu, tentu pembaca akan mengira Sri akan mendapatkan kebahagiaannya, menjadi pebisnis kaya Jakarta, berkeluarga, sesekali mengunjungi kampungnya dan madrasah, serta berpetualang ke luar negeri seperti mimpinya. Di luar dugaan, Sri malah "kabur" dari kesuksesan tersebut. Sri menjual pabriknya yang sedang jaya dengan sistem SPV dan melarikan diri ke London. Dalam suratnya yang dikirim ke Nur'aini di madrasah, Sri mengatakan harus pergi karena "hantu masa lalu" yakni Sulastri. Sri harus berjuang menyelamatkan orang-orang terdekatnya dari ancaman Sulastri. Di sini timbul pertanyaan, kenapa Sri tidak melaporkan Sulastri? Padahal saat itu Sulastri adalah kriminal yang berhasil menyuap polisi dan bebas dari penjara. Padahal dengan melaporkan Sulastri ke polisi Sri repot-repot melarikan diri jauh ke benua Eropa. Dengan uang dan kekuasaan yang saat itu telah dimiliki Sri, pasti akan mudah bagi Sri melindungi dan menjebloskan Sulastri kembali ke penjara. Namun sebaliknya, Sri malah pindah ke Eropa menghindari Sulastri dan meninggalkan kekayaannya begitu saja.

Juz keempat kehidupan Sri, Tentang Cinta yang terangkum dari tahun 1980 sampai 1999. Sama seperti di Jakarta, di London Sri juga tidak mempunyai tempat yang akan dituju. Dengan berbekal sedikit uang yang dia bawa, Sri menyewa sebuah penginapan murah sambil terus mencari pekerjaan di London. Karena termasuk minoritas dan bukan imigran, Sri sulit mencari pekerjaan ditambah dengan visanya yang sudah habis. Beruntung perusahaan mobil bertingkat London yang pekerjanya kebanyakan imigran dari Polandia, menerima Sri bekerja di sana. Sri yang ketika di madrasah pernah belajar mengendarai mobil, ditambah dengan Sri yang pernah membuka usaha rental mobil membuat Sri diterima menjadi sopir mobil bertingkat London. Karena telah mendapatkan pekerjaan, Sri pun menyewa sebuah apartemen milik keluarga India. Saat menjadi sopir inilah Sri bertemu dengan Hakan, cintanya. Ketika menikah umur Sri sudah 38 tahun.

            Mendapatkan pekerjaan tetap, keluarga baru, dan suami yang baik, serta mendapatkan kabar kehamilannya, kehidupan sempurna Sri tampaknya akan dimulai. Lagi-lagi, Tepat ditengah kebahagiaan menantikan anggota baru keluarga mereka, anak yang dilahirkan Sri meninggal. Sri dan suaminya memiliki rhesus yang berbeda, sehingga membuat bayi mereka tidak bertahan lama. Sri kembali teringat dengan julukan "gadis kecil yang dikutuk". Ketika lahir ibunya meninggal, dan sekarang ketika melahirkan anaknya meninggal. Sri berusaha bangkit dan berjuang menerima kenyataan tidak bisa memiliki anak tersebut. Di saat Sri berhasil menerima kenyataan tersebut, kini masalah lain menempa ketabahan Sri. Tepat setelah 2 tahun kematian anak keduanya, suami Sri juga ikut menyusul bayi-bayi mereka. Sri kembali berjuang dan bangkit untuk melanjutkan hidupnya. "Mulai besok, aku akan kembali menjadi riang. Menjadi Sri yang pertama kali tiba di kota ini, Sri yang pertama kali.... Pertama kali bertemu Hakan karim, laki-laki yang amat mencintai Sri."

Di saat Sri telah bisa menerima semua ujian yang menimpanya dan berusaha menjadi Sri yang periang, Sri kembali "melarikan diri". Sama seperti saat di Jakarta, Sri menyebutnya "hantu masa lalu". Sri hanya meninggalkan sepucuk surat untuk keluarga India yang telah menjadi keluarganya, lalu melarikan diri ke Paris. Sri juga meninggalkan semua kekayaan perusahaan milik suaminya kepada keluarga India tersebut. Lagi-lagi muncul pertanyaan, kenapa harus melarikan diri? Berbeda saat di Jakarta, di London Sri mempunyai keluarga yang mencintainya, keluarga India Rajendra Khan. Padahal Sri bisa saja berbagi masalah dan mencari solusi bersama keluarganya. Sri juga telah lama hidup dan mengenal keluarga Rajendra tersebut. Sri terkesan "mudah" untuk meninggalkan orang-orang terdekatnya.

Tempat pelarian diri Sri yang kedua adalah di Paris. Juz kelima, Tentang Memeluk Semua Rasa Sakit, tahun 2000-.... Di Kota Paris, Sri tinggal di sebuah panti jompo bernama La Cerisaie Maison de Retraite. Selama tinggal Paris, Sri mendaftar sebagai guru tari tradisional di sebuah sekolah. Berkat bakat, usaha, dan kegigihannya, Sri berhasil membawa murid tarinya keliling dunia. Grup tari mereka banyak diundang ke negara-negara lain, seperti Belanda, India, Amerika Serikat, Mesir, Australia, Turki, China, Italia, UEA, dan Singapura. Setelah pensiun dari guru tari, Sri mengisi hari-harinya dengan berkebun. Sri menyulap rooftop panti menjadi greenhouse dari bahan-bahan sederhana. Sri mempelajari tentang tanaman secara otodidak dan itu berhasil. Sri bahkan juga mempelajari tentang hukum. Dari sanalah Sri mendapatkan informasi tentang badan hukum Thompson & Co. dan mempercayakan harta warisannya kepada badan hukum tersebut.

Di Paris, Sri berusaha menerima semua ujian dan rasa sakit dengan penerimaan. Sri berusaha memeluk rasa sakit dari setiap fase kehidupannya. Di panti jompo La Cerisaie Maison de Retraite ini, Sri mendapatkan teman baru, keluarga baru, dan kehidupan baru. Tapi masih sama dengan sebelum-sebelumnya, Sri begitu tertutup dengan orang-orang yang dekat dengannya. Sri tidak pernah berbagi cerita sedih dan masa lalu dengan keluarga barunya, bahkan tentang kekayaannya. Namun, Sri membuat suatu kejutan dengan mempercayakan hartanya pada badan hukum Thompson & Co. yang terkenal prinsip-prinsipnya yang kuat. Surat wasiat yang Sri siapkan berhasil ditemukan oleh pengacara dari Thompson & Co. tersebut. Dan inilah kejutannya. Sri membagikan harta warisannya kepada setiap orang yang pernah membantunya, mulai dari temannya di Pulau Bungin, sahabatnya di Madrasah Kiai Ma'sum, hingga untuk panti jompo La Cerisaie Maison de Retraite. Pada akhirnya, inilah harga dari nilai juang Sri Ningsih, Rasa terima kasih.

Perempuan bersahaja kelahiran Pulau Bungin itu selalu penuh kejutan. Dia tidak pernah sesederhana yang terlihat. Dia adalah wanita paling kokoh, paling brilian dalam kisah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun