Dalam kitabnya, Al-Tabyanu fi Ma'rifatil Adyan artinya kejahatan untuk mengenal agama ditulis dalam tahun 1664 M. dalam kita itu diuraikan tentang ajaran suluk Syamsuddin As-Sumatrany yang dipandang oleh Nuruddin sebagai ajaran sesat. Ia menuangkan tulisan yang lebih berani lagi dari sebelumnya dalam, Hilluzil yaitu sari dari sebuah karyanya yang lebih luas dengan judul, Al-Nabdhatu fi dakwatizil li ma'a sabihi artinya penolakan atas seruan orang-orang yang sesat dan kawan-kawannya.
Sementara kitab-kitab yang terkait dengan masyarakat Nuruddin Ar-Raniry menulis karya, "Asrarul Insan" artinya rahasia manusia dan Al-Bustan artinya Taman. Dari kitab-kitab Nuruddin terakhir ini memperlihatkan bahwa Nuruddin sosok ilmuan yang tangguh dalam membela kepentingan masyarakat. Winstedt mengatakan bahwa Nuruddin Ar-raniry adalah seorang terpelajar yang dalam dan luar pengetahuannya, bahkan lebih dari itu ia adalah seorang ahli piker pada zaman itu (Zakaria Ahmad, 1972).
Dr. Tujimah mengatakan bahwa Nuruddin Ar-Raniry telah menulis 23 karya tulis yang terdiri dari ilmu-ilmu keislaman, ibadah, hukum, tauhid dan lain-lain (Zakaria Ahmad, 1972). Setelah sultan Iskandar Tsani wafat tahun 1641 Masehi, ia kembali ke Ranir dengan menulis kitab, "Jawahirul 'Ulum fi Kasyfil Maklum" seperti tersebut sebelumnya.Â
Ada berita pada masa pemerintahan sultanah Syafiatuddin ia kembali lagi ke Aceh. Indicator itu dapat diamati dari karangannya, At-Tabjanu fi Ma'rifati Adyan yang ditulisnya tahun 1664. Setelah itu ia kembali ke ranir dan tak pernah kembali lagi ke Aceh. Menurut berita ia wafat di Ranir pada hari Jum'at 22 Zulhijah 1068 bertepatan dengan 21 September 1658 Masehi.[]
Banda Aceh, 12 Maret 2020
=Muliadi Kurdi=
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H