Mohon tunggu...
Muliadi Kurdi
Muliadi Kurdi Mohon Tunggu... Dosen - Biodata Singkat

Muliadi Kurdi. Penulis dan peneliti ilmu-ilmu kemasyarakatan. Dilahirkan 15 Oktober 1972 di desa Kuala Lambeuso, Lamno, Aceh Jaya (dulu Aceh Barat). Mengawali pedidikan dasar (SDN) Desa Jeumuloh, Kec. Jaya (Aceh Jaya) tahun 1980. Satu tahun kemudian penulis pindah ke SDN Inpres Keude Krueng Sabee (Aceh Jaya). Melanjutkan pendidikan Madrasah Tsanawiyah (MTsN) Calang, Aceh Jaya (1986) dan tahun 1992 menyelesaikan pendidikan SMAN Calang, Aceh Jaya. Pendidikan strata satu (S1) diselesaikan pada fakultas Tarbiyah konsentrasi bahasa Arab UIN Ar-Raniry (dulu IAIN), strata dua (S2) konsentrasi fikih modern PPs (UIN Ar-Raniry) dan strata tiga (S3) konsentrasi fikih UIN Ar-Raniry Banda Aceh.[]

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Oemar Pionir Prang

12 Maret 2020   08:46 Diperbarui: 24 Maret 2020   11:17 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

SANG PIONIR PRANG. Oemar dilahirkan di Meulaboh, Aceh Barat, 1854 M. Gelar Teuku yang melekat di awal namanya karena kebangsawanannya. Sejak menjadi pemimpin prang Oemar dikenal sejarah seorang yang memiliki skill dalam mendesign strategi perang gerilya dan strategi itu sempat ditiru oleh Van Heutz, yang menjadi cikal bakal hadir korps Marsose. 

Karir kemiliterannya semakin hebat semenjak ia dianugerahi pangkat Teuku Johan Pahlawan Panglima Besar Nederland oleh Gubernur Deykerhooff pada bulan September 1893 M. Oemar memiliki hak atas gudang senjata dan berkesempatan melatih sejumlah pasukan prang Belanda persiapan melawan Aceh. 

Setelah kurang lebih tiga tahun di jajaran Belanda, pada penghujung bulan Maret 1896 M. Oemar menyatakan diri benci Belanda. Kebencian disertakan dengan sepucuk surat tertanggal 11 Syawal 1312 H. yang ditujukan kepada Residen Belanda di Aceh Barat. Surat itu dibubuhi cap jabatan, "Teuku Johan Pahlawan Panglima Perang Besar Gubernemen Hindia Belanda." Pernyataan tersebut mampu membuat gempar para pembesar Hindia Belanda. Saat itu juga pangkat kehormatannya dicopot. 

Tidak hanya itu, Gubernur Deykerhooff yang pernah mengangkatnya pun turut dipecat. Oemar kini memimpin pasukan prang Aceh. Dia mengajak kembali bersatu para pembesar-pembesar prang melawan kolonialis. Sejak itu, Oemar bersama pasukannya hampir saban hari bergerilya menyerang pos-pos Belanda. 

Serangan itu membuat sistem pertahanan Belanda menjadi kacau. Haram menyerah adalah pribadi Oemar. Perlawanan terus dilakukan sampai jelang akhir hayat. Sehari sebelumnya seorang teman pejuang memperdengarkan kembali bara jihad Oemar dalam bahasa Aceh, "Singoh beungoh, geutanyo mandum tameukuphi di Meulaboh atau syahid di jalan Allah". Kiranya takdir berkata lain, Oemar di malam sebelum pagi yang dicitakan itu dijemput ajal, sebutir timah panas serdadu Belanda di bawah komando Jenderal Van Heutsz menembus dadanya. 

Teuku Oemar syahid di Pasi Ujong Kalak, Meulaboh, bulan Februari 1899 M. Selamat jalan sang pionir prang. Pangkat dan jabatan yang pernah ditawarkan engkau abaikan demi bangsa dan negara. Patut dihargai selaku mujahid sejati; jiwa sepertimu sulit terwarisi untuk Aceh saat ini.[]

Darussalam, 12 Maret 2020

Tulisan di atas kutipan dari bagian awal buku:

"OEMAR PIONIR PRANG" karya Muliadi Kurdi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun