Mohon tunggu...
Mula Efendi Gultom
Mula Efendi Gultom Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Humanis, Loyalis dan Profesional

Lahir di Pancurbatu Deliserdang

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pusuk Buhit Bukit Berhala Batak

9 September 2020   16:14 Diperbarui: 9 September 2020   22:20 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kejadian 22:2 Allah memerintahkan Abraham untuk mempersembahkan anaknya Ishak di salah satu gunung yang akan ditunjukkannya di tanah Moria.

Keluaran 19:11 Tuhan akan turun didepan mata seluruh bangsa itu di gunung Sinai.

Dalam kitab Injil disebutkan Yesus banyak memberi pengajaran  di atas bukit.

Ini menunjukkan ada kuasa besar diatas bukit atau gunung, dimana para abdi Allah naik keatas puncaknya seolah mencarger dan mengupgrade kerohaniannya.

Sudah menjadi kebiasaan "agen kekuatan gelap" memanfaatkan tempat-tempat dimana orang ingin mendapat kekuatan Illahi, para agen kekuatan gelap menunggu mangsa orang-orang yang menginginkan rejeki, kekuatan, kesembuhan dan karir dengan jalan instan. Seperti musang berbulu domba, seolah kekuatan yang ditawarkan adalah kekuatan Illahi.

Yesus sendiri sebagai gambaran manusia biasa, naik keatas bukit sendirian pada malam hari dan berdoa. Sebagai umatnya, seharusnya juga mencontoh apa yang telah dikerjakan Yesus.

Banyak dari kalangan rohaniawan yang memberi label Gunung Pusuk buhit sebagai tempat berhala, pada hal disemua tempat orang dapat terjebak dalam praktek berhala. Demikian juga sama dengan di bukit atau gunung, tempat ibadah pun menjadi sasaran empuk agen dunia menggoda para rohaniawan dengan uang, ketenaran dan kekuasaan.

Perebutan pimpinan suatu tempat ibadah bukan hal baru kita dengar di negeri kita ini, bukti mereka belum dapat membedakan antara melayani atau  menguasai.

Bung Karno pernah berkata "kalau hindu jangan jadi orang India, kalau  Islam jangan jadi orang Arab, kalau Kristen jangan jadi orang Yahudi, tetaplah jadi orang nusantara dengan adat-budaya nusantara yang kaya raya ini".

Karena itu, menghargai budaya sendiri adalah sama dengan mengagungkan leluhur yang sudah menjadi jalan bagi kita hadir di dunia ini, masa lupa kacang akan kulitnya.

Tempat dimana leluhur kita pernah beraktifitas, berkreasi membentuk perkampungan bahkan kerajaan adalah bagian dari tempat, dimana "para leluhur berdoa kepada Tuhannya" atas keturunannya kelak semoga dapat meneruskan harapan dan cita-cita para leluhur, keturunan tempat mereka berharap yaitu  diri kita saat ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun