Mohon tunggu...
Bowo
Bowo Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyendiri

Sendiri saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Lampu Kota

2 Januari 2021   19:05 Diperbarui: 2 Januari 2021   19:09 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menari dia setengah hati dan menggeliyut kepada lelaki yang memuji diri tanpa henti.

Tak dikehendakinya tangan-tangan usil menjamah kulitnya walau hanya mampir seperti ujung pensil.

Tarian selesai. Dia berhenti dan bersalin pakaian. Menghapus riasan dan segera pulang. Musik memekakkan telinga, kepul asap tembakau, dan cekikikan rekan sejawat begitu menyandakan.

Belumlah sampai rumah, dia tepekur menatap lampu kota. Bosan, penuh pertaubatan. Hendak pulang. Ke pangkuan ibunda dan berharap tak terlahir selamanya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun