Beberapa kali saya melihat dan menemukan mereka yang memiliki ungkapan yang dipecundangi oleh mereka yang menerimanya, bukan karena mereka benar-benar mengetahui ungkapan tersebut, melainkan ungkapan tersebut terlalu samar untuk difahami, mungkin sang pengungkap terlalu naif, atau bisa jadi merasa bukan ungkapanyalah yang di tunggu.Â
Namun bait-bait sajak yang tersusun menjadi sebuah puisi ini, lebih merujuk kepada seseorang yang posisinya hanya bisa sebagai pengagum, sebab ia tau betapa mustahilnya jika rasa sukanya dapat diterima dengan cara mengungkapkan secara langsung.
Ini tentang hasrat untuk mengungkapkan ketulusan tentang rasa suka  yang sulit untuk di sampaikan dan sulit untuk mendapatkan balasan.
Puisi Yang Berjudul :
"Pengungkapan Yang Terbungkam"
Aku sepakat kepada indahnya jingga
yang ku ambil sedikit warna dari Mega.
Aku dihajar elokmuÂ
setiap saat kulihat paras itu.
Kekaguman yang bersabda berkali-kali
walau tak sampai hingga rungumu.
Ku siasati dirimu secara syahdu