Lemahnya koordinasi antar pemain United kembali terlihat pada gol kedua. Meski berbau keberuntungan, namun patut dilihat proses awal sebelum bola ditendang mengenai punggung Wan-Bissaka dan masuk ke gawang.
Simms yang mengacak-acak sisi kanan pertahanan Setan Merah mengembalikan bola ke tengah. Tepat di depan kotak penalti United. Telah menunggu disana dalam kondisi tak terkawal, Callum O’Hare, gelandang serang Coventry. Satu kali control, O’Hare langsung berada pada posisi siap tembak. Sekali lagi jalan tol. Bebas penghalang.
Berdiri di depannya, gelandang bertahan United, Scott McTominay justru hanya menonton. Seakan-akan mempersilakan O’Hare menguji kesigapan Onana. Bolong dan minim koordinasi.
Gol ketiga, sekaligus penyama kedudukan, setali tiga uang. Meski lahir dari titik putih, situasi pertahanan United sebelum handsball Wan-Bissaka (lagi-lagi) menjadi sasaran kritik tajam.
Begitu Wright melepas umpan silang, situasi di kotak penalti adalah delapan pemain berseragam merah versus empat biru langit. Dan di ujung tiang jauh, Bissaka harus berjibaku melawan dua orang. Sedangkan di dekatnya ada Fernandes dan Resmus Hojlund yang sedang jalan santai. Pertahanan ala apa ini?
**
Situasi lepas kendali pertandingan seperti malam tadi bukanlah hal yang pertama dijumpai Manchester United di musim ini. Bermain baik di paruh awal gim, lalu berantakan di akhir. Atas situasi ini, Erik Ten Haag punya istilahnya sendiri :
“..it’s not explainable”
Ten Haag jelas pening akan fenomena ini. Secara terbuka ia mengakui bahwa timnya tidak bermain baik dan perlu memperbaiki diri.