“…you can’t play your best football when you’re not playing in your best position”-Eric Ten Hag.
Keberadaan pemain cadangan di lapangan terkadang mampu memberi dimensi berbeda. Namun tak jarang pula, karena jarang diturunkan atau bermain di luar posisinya, kebijakan tersebut menghadirkan ketidakseimbangan taktis dan teknis. Dengan kata lain : pertahanan kocar kacir.
Pertahanan Ala Championship
Situasi tertinggal acapkali mendorong sebuah tim untuk mencari gol penyemangat. Cukup satu gol, maka pertandingan bisa kembali ‘hidup’. Semangat tim tertinggal menyala kembali. Ketinggalan dua atau tiga gol tak lagi menjadi kemustahilan untuk dikejar.
Itulah yang disesalkan Keane tadi malam.
“..the goal gave Coventry belief and all of a sudden they looked like a Premier League team in extra-time and United looked like a Championship team.”
Keano memang dikenal cerewet pada mantan timnya. Kritik-kritiknya acapkali sepedas kuah seblak level 15 yang ditaburi merica. Namun khusus malam tadi, agaknya ucapan sang eks kapten layak diamini.
Perhatikan proses gol-gol pertama dan kedua Conventry. Terlihat jelas Elli Simms dan Callum O’Hare berada pada posisi bebas untuk melepaskan tembakan. Jalan tol! Bebas hambatan.
Gol pertama diawali dengan umpan silang Fabio Tavares di sisi kiri pertahanan United yang dikawal Aaron Wan-Bissaka. Nampak Wan-Bissaka berada terlalu jauh untuk mengganggu sayap conventry itu.
Taveres pun punya banyak waktu untuk melakukan cek posisi rekan di kotak penalti lalu mengirimkan umpan silang. Celakanya bagi United, Simms, sang striker lawan justru bebas tak terkawal. Situasi empat (Maguire, Kobbie Mainoo, Casemiro, Diego Dalot) lawan dua (Simms dan Haji Wright) dalam kotak pertahanan tak mampu mencegah gawang Onana kebobolan.
Bila diperhatikan, sebelumnya Dalot telah memberi kode dengan menunjuk Simms. Tentu maksudnya agar ada yang menjaga. Namun konsentrasi Casemiro justru terpecah dengan mewaspadai Wright yang tepat berada di belakangnya. Lagipula, bukankah harusnya Dalot yang menjaga area kanan?