Manchester United mencuri perhatian beberapa hari yang lalu. Tentu dalam konteks jendela tranfer. Bukan, bukan kedatangan Andre Onana yang saya maksud. Bukan pula gosip panas perekrutan wonderkid Denmark dari Atalanta, Rasmus Hojlund.Â
Rekrutan menarik yang dimaksud adalah pulangnya Jonny Evans ke Theatre of Dreams. Menarik karena Evans datang di usia yang tak lagi muda, 35 tahun. Evans diikat dengan kontrak jangka pendek dan akan dipermanenkan bila tampil bagus di pramusim.
Terbang sedikit ke selatan, Barcelona merekrut kembali eks canteranya, Oriol Romeu. Romeu didatangkan dari Girona dengan setelah melanglang buana meninggalkan Camp Nou selama 12 tahun.
Dari kota mode Milano, kabar tak kalah absurd datang dari finalis Liga Champion musim lalu, Internazionale. I Nerazzurri resmi memperkenalkan eks rival, Juan Cuadrado, lewat skema transfer andalan mereka : gratis.
Well, ada garis merah diantara ketiga nama diatas. Pertama, mereka direkrut klub besar; kedua, ketiganya datang di usia senja pesepakbola.Â
Di tengah bursa transfer yang megah dengan anak muda berharga mahal, apa yang diharapkan oleh klub pemburu gelar dari Evans (35), Romeu (31) dan Cuadrado (35 tahun)?
Setidaknya akan ada lima musabab, kenapa klub-klub besar Eropa terkadang merekrut pemain yang terbilang gaek, bahkan terkadang berkelas biasa saja.
Pengalaman
Growing old like a wine. Makin tua makin bersantan.
 Bicara pemain tua tentu bukan tentang teknis dan fisik, namun perkara mental. Bertahun-tahun beraksi di lapangan hijau, jelas pemain tua kenyang pengalaman.Â
Berbagai situasi kompetisi, aneka karakteristik lawan, hingga ragam taktik menempa mereka terutama pada aspek mental dan wawasan bermain.