Kedua, membacakan cerita dengan bahasa sendiri. Tak sama persis dengan teks cerita, namun esensinya sama.
"...lalu kancil mencuri ketimun. Bolehkah kita mencuri, Nak?"
Atau misalnya malah anak yang bertanya, walaupun kadang tidak nyambung dengan esensi cerita. Misalnya dengan bertanya gambar apa yang ada di sudut bawah lembar cerita.
"Itu kodok, Nak"
"Kodok sedang apa? Kan kancil lomba dengan kura-kura?"
"Sedang jadi suporter"
Atau jawablah apa saja, sekreatif mungkin. Yang penting dijawab, agar kegiatan bercerita ini benar-benar melibatkan anak. Memicu rasa penasarannya, menggugah ketertarikannya.
Follow the Child
Bila sudah akrab dengan bacaan, mengerti menariknya isi bacaan lewat aktivitas bercerita, maka dengan sendirinya anak akan penasaran dengan isi bukunya. Aku ingin bisa membaca sendiri!
Tadaa, inilah saat yang tepat untuk belajar membaca. Syarat tertarik dengan bacaan telah terpenuhi, maka silakan menuju langkah selanjutnya. Mengikuti ketertarikan anak inilah yang menurut Maria Montessori sebagai follow the child. Ikuti saja alurnya anak!
Ada anak yang suka sekali gambar mobil. Ada pula yang suka gambar karakter poni. Gunakan kecenderungan tersebut sebagai perantara media belajar.Â