Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Wolves, Mendes, dan Portugal Connection

21 September 2020   16:56 Diperbarui: 23 September 2020   00:53 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jorge Mendes, sosok dibalik kentalnya rasa Portugal di Wolves (Sumber : bbc.com)

Diogo Jota, portuguese tersubur Wolves. Sekarang pindah ke Liverpool (Sumber : football365.com)
Diogo Jota, portuguese tersubur Wolves. Sekarang pindah ke Liverpool (Sumber : football365.com)
Pada 87 gol yang dicetak Wolves, Jota masuk scoresheet 16 kali. Top skor kedua setelah Jimenez. Menyusul di belakangnya Neto (5 gol), Neves (4 gol), Vinagre (2 gol) serta masing-masing sebiji dari Moutinho, Jordao dan Podence.

Para pemain Portugal menyumbang total 30 assist. Dipimpin oleh Moutinho (13), lalu Jota (6), Neto (5) lalu masing-masing tiga sodoran dari Neves dan Podence.

Berdasar pada statistik tersebut, terlihat bahwa para pemain Portugal ini berkontribusi besar pada pencapaian Wolves. Selain Patricio yang seorang kiper, praktis hanya Crostao yang tidak terlibat, baik dalam gol atau assist. Maklum, gelandang 22 tahun ini hanya bermain satu kali sepanjang musim.

Kepercayaan yang diberikan oleh Nuno serta bisikan-bisikan Mendes kepada pemilik klub terbukti tidak sia-sia. Setidaknya sejauh ini Wolves sukses memaksimalkan Portugal connection yang mereka miliki.

Musim ini Jota telah hijrah ke Liverpool. Namun rasa Portugal mini di Wolves tetap kentara seiring kedatangan Silva dan Semedo. Melihat besarnya kontribusi di musim lalu, bisa jadi Portugal sentris tetap akan jadi andalan Nuno musim ini.

Kebijakan Nationality-centric; Bukan Barang Baru

Dominasi pemain dengan kebangsaan tertentu seperti Portugal di Wolves sejatinya bukanlah barang baru. Mundur ke belakang, Arsenal pernah menerapkan kebijakan serupa yang dikenal dengan French connection. Tak kurang 24 pria Prancis pernah memperkuad skuad "Meriam London" semasa dipimpin Arsene Wenger. Terbanyak dalam 126 rekrutan Monsieur Wenger.

Chelsea juga pernah dihiasi warna kental Italiano saat dipimpin Ruud Gullit dan Gianluca Vialli. Gianfranco Zola, Roberto di Matteo, Pierluigi Cashiragi serta Vialli sendiri mengisi skuad the Blues masa itu.

Menyeberang ke ranah Spanyol. Entah karena memang pengaruh besar Johan Cruyff atau faktof Luis van Gaal, Barcelona 'dijajah' Belanda pada akhir 90-an. Mulai dari kiper (Ruud Hesp), bek (Frank de Boer, Michele Reiziger, Winton Bogarde), gelandang (Philip Cocu, Ronald de Boer) hingga penyerang (Patrick Kluivert). Legiun oranye mendominasi Katalunya.

Milan juga sempat diisi goyangan Samba ala Brasileiro dengan bercokolnya Kaka, Ronaldo, Robinho, Dida, dan Alexandre Pato pada satu masa. Tetangga sebelah, Inter Milan akrab dengan tarian Tango Argentina bersama Javier Zanetti, Nelson Vivas, Matias Almeyda, Hernan Crespo, Kily Gonzales, dan Gabriel Batistuta pada 2003.

Banyak faktor yang menyebabkan munculnya nationality-centric pada satu klub. Pemilik, pelatih dan kultur klub adalah sederet faktor diantaranya. Motif transfernya pun bisa bermacam-macam.

Thaksin Shinawatra pernah mendatangkan pemain-pemain Thailand ke City. Tentu bukan untuk menjadi pemain utama. Labelnya untuk belajar. Bisnis? Bisa jadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun