Mohon tunggu...
Muksal Mina
Muksal Mina Mohon Tunggu... Lainnya - Candu Bola, Hasrat Pendidik

Be a teacher? Be awakener

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Wolves, Mendes, dan Portugal Connection

21 September 2020   16:56 Diperbarui: 23 September 2020   00:53 1170
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Wolves, tim Inggris rasa Portugal. (Sumber : thesun)

Portugal lagi! Begitu yang terlintas di pikiran saya saat membaca berita transfer Nelson Semedo dari Barcelona. Ke mana tujuannya? Wolverhampton Wanderers alias Wolves!

Apa yang aneh? Well, perhatikan roster skuad Wolves musim ini. Semedo akan menjadi pemain Portugal ke 10 dalam skuad asuhan Nuno Espirinto Santos. Pada awal bursa transfer kemarin,Wolves telah resmi memboyong wonderkid Porto, Fabio Silva. Oh, Portugis juga!

Sejak promosi ke Premier League di musim 2017-2018, Wolves memang mencuri perhatian. Di musim perdananya (2018-2019), mereka sukses finis di peringkat 7 klasemen akhir. 

Musim 2019-2020, skuad oranye-hitam malah menembus perempatfinal Europa League sebelum dikandaskan sang juara, Sevilla. Di liga mereka kembali parkir di peringkat tujuh.

Selain pencapaiannya itu, Wolves dikenal pula dengan keunikan dalam kebijakan transfernya. Sejak dibeli oleh konsorsium Cina, Fosun Group pada 2016, Wolves setia mendatangkan bakat-bakat dari negaranya Cristiano Ronaldo. Kaki-kaki lincah Portugis menghiasi stadion Molineux sejak di divisi Championship hingga musim ini.

Tak hanya pemain, pelatih pun orang Portugal. Sebelum membesut Wolves, Nuno Espirito Santos telah kenyang pengalaman di divisi tertinggi Spanyol dan Portugal serta Liga Champion bersama Valencia dan Porto.

Terang saja, keputusannya untuk menerima tawaran melatih Wolves yang notabene masih berkubang di Championship alias divisi 2 nya Liga inggris saat itu sontak mengundang tanya. Kok level Liga Champion mau turun ke Championship? Meski namanya rada mirip, tapi itu kan turun kasta!

Mari mengulik sedikit ke belakang. Fosun Group, Nuno, dan kebijakan pemain Portugal sentris akan bertemu sanadnya pada satu nama : Jorge Mendes, sang super agen.

Pengaruh Jorge Mendes

Fosun mengambil alih Wolves pada pertengahan 2016 dengan nilai 45 juta pound dari Steven Morgan. Beberapa media melaporkan, takeover dilakukan atas saran Jorge Mendes. Semua tentu kenal reputasi Mendes sebagai agen super dengan klien nomor satu berupa Ronaldo dan Jose Mourinho.

Apa hubungan Fosun dengan Mendes? Pada awal 2016, Fosun membeli 20% kepemilikan agensi pemain dan pelatih milik Mendes, Gestifute. Beberapa bulan kemudian, barulah Fosun mengakuisisi Wolves.

Jorge Mendes, sosok dibalik kentalnya rasa Portugal di Wolves (Sumber : bbc.com)
Jorge Mendes, sosok dibalik kentalnya rasa Portugal di Wolves (Sumber : bbc.com)
Aturan FA melarang pemilik klub untuk memiliki saham di sebuah agensi pemain. Tentu saja maksudnya untuk menutup pintu konflik kepentingan. Agen juga dilarang untuk memiliki posisi penting dalam klub. Beberapa klub Championship protes dengan mengusung pasal tersebut.

Chairman Wolves, Jeff Shi, membantah telah melanggar aturan. Ia mengklaim, pemilik 20% saham di Gestifute bukanlah Fosun, tapi member dari Fosun Group, Gou Goanhchang yang memiliki anak perusahaan lainnya.

Bagaimana dengan Mendes? Mengapa ia punya wewenang sangat besar di Wolves? Shi tidak menutupi bahwa kebijakan transfer klubnya adalah hasil diskusi dengan Mendes.

"Mendes teman saya. Ketika Anda adalah orang baru dalam sebuah industri, maka Anda perlu seorang teman yang berpengalaman di dalamnya"

Fosun berargumen bahwa Mendes bukanlah pengurus Wolves. Namanya tidak ada dalam struktur kepemilikian dan kepengurusan klub. Posisinya adalah sebagai penasihat pribadi, dan itu tidak melanggar aturan.

Anjing menggonggong, kafilah berlalu. Wolves jalan terus. Seturut dengan saran Mendes, Wolves mulai mendatangkan pemain-pemain Portugal.

Terbaru, Wolves memecahkan rekor klub dengan mengikat Fabio Silva (40 juta pound) serta mendatangkan Nelson Semedo. Sportfinding menyebut, musim ini jumlah pemain Portugal di Wolves lebih banyak dari 10 tim penghuni Liga NOS alias divisi tertatas Liga Portugal!

Beruntung klub besar seperti Porto, Benfica dan Sporting yang punya persediaan pemain Portugal lebih banyak. Kalau tidak, bisa-bisa klub Portugal sendiri bisa 'kalah rasa' portugisnya dari wakil Inggris ini.

Kontribusi para Portugueses

Sembilan pria Portugal terdaftar sebagai anggota skuad inti musim lalu. Mereka adalah Rui Patricio (kiper), Ruben Vinagre (bek), Ruben Neves, Joao Moutinho, Bruno Jordao, dan Vlavio Crostao (gelandang), serta Diogo Jota, Daniel Podence dan Pedro Neto (winger).

Diintip dari laman transfermarkt, enam orang diantaranya adalah andalan Nuno Espirito dengan melahap menit bermain lebih dari 1000 menit, sekitar 30-50 pertandingan.

Total, 59 pertandingan dilakoni Wolves musim lalu. Patricio, Moutinho dan Neves menjadi portuguese dengan menit bermain terbanyak (4.770 menit, 4.598 menit dan 4.251 menit). Ketiganya diturunkan dalam 53 (Patricio), 57 (Moutinho) dan 54 pertandingan (Neves).

Nama-nama ini bersanding dengan Connor Coady (5.130 menit) dan top skor klub, Raul Jimenez (4.493 menit) dalam lima besar penampil terbanyak Wolves musim 2019/2020.

Diogo Jota, portuguese tersubur Wolves. Sekarang pindah ke Liverpool (Sumber : football365.com)
Diogo Jota, portuguese tersubur Wolves. Sekarang pindah ke Liverpool (Sumber : football365.com)
Pada 87 gol yang dicetak Wolves, Jota masuk scoresheet 16 kali. Top skor kedua setelah Jimenez. Menyusul di belakangnya Neto (5 gol), Neves (4 gol), Vinagre (2 gol) serta masing-masing sebiji dari Moutinho, Jordao dan Podence.

Para pemain Portugal menyumbang total 30 assist. Dipimpin oleh Moutinho (13), lalu Jota (6), Neto (5) lalu masing-masing tiga sodoran dari Neves dan Podence.

Berdasar pada statistik tersebut, terlihat bahwa para pemain Portugal ini berkontribusi besar pada pencapaian Wolves. Selain Patricio yang seorang kiper, praktis hanya Crostao yang tidak terlibat, baik dalam gol atau assist. Maklum, gelandang 22 tahun ini hanya bermain satu kali sepanjang musim.

Kepercayaan yang diberikan oleh Nuno serta bisikan-bisikan Mendes kepada pemilik klub terbukti tidak sia-sia. Setidaknya sejauh ini Wolves sukses memaksimalkan Portugal connection yang mereka miliki.

Musim ini Jota telah hijrah ke Liverpool. Namun rasa Portugal mini di Wolves tetap kentara seiring kedatangan Silva dan Semedo. Melihat besarnya kontribusi di musim lalu, bisa jadi Portugal sentris tetap akan jadi andalan Nuno musim ini.

Kebijakan Nationality-centric; Bukan Barang Baru

Dominasi pemain dengan kebangsaan tertentu seperti Portugal di Wolves sejatinya bukanlah barang baru. Mundur ke belakang, Arsenal pernah menerapkan kebijakan serupa yang dikenal dengan French connection. Tak kurang 24 pria Prancis pernah memperkuad skuad "Meriam London" semasa dipimpin Arsene Wenger. Terbanyak dalam 126 rekrutan Monsieur Wenger.

Chelsea juga pernah dihiasi warna kental Italiano saat dipimpin Ruud Gullit dan Gianluca Vialli. Gianfranco Zola, Roberto di Matteo, Pierluigi Cashiragi serta Vialli sendiri mengisi skuad the Blues masa itu.

Menyeberang ke ranah Spanyol. Entah karena memang pengaruh besar Johan Cruyff atau faktof Luis van Gaal, Barcelona 'dijajah' Belanda pada akhir 90-an. Mulai dari kiper (Ruud Hesp), bek (Frank de Boer, Michele Reiziger, Winton Bogarde), gelandang (Philip Cocu, Ronald de Boer) hingga penyerang (Patrick Kluivert). Legiun oranye mendominasi Katalunya.

Milan juga sempat diisi goyangan Samba ala Brasileiro dengan bercokolnya Kaka, Ronaldo, Robinho, Dida, dan Alexandre Pato pada satu masa. Tetangga sebelah, Inter Milan akrab dengan tarian Tango Argentina bersama Javier Zanetti, Nelson Vivas, Matias Almeyda, Hernan Crespo, Kily Gonzales, dan Gabriel Batistuta pada 2003.

Banyak faktor yang menyebabkan munculnya nationality-centric pada satu klub. Pemilik, pelatih dan kultur klub adalah sederet faktor diantaranya. Motif transfernya pun bisa bermacam-macam.

Thaksin Shinawatra pernah mendatangkan pemain-pemain Thailand ke City. Tentu bukan untuk menjadi pemain utama. Labelnya untuk belajar. Bisnis? Bisa jadi.

Kentalnya kebangsaan tertentu dalam satu tim bisa saja membawa dampak positif. Pemain-pemain asing ini tentu menawarkan nuansa permainan yang berbeda dari pemain lokal. Dari segi kualitas dan variasi taktik, tentu bisa menjadi keuntungan. Membangun komunikasi menjadi lebih mudah dengan adanya kesepahaman bahasa yang sama.

Efek negatif tentu ada. Banyaknya pemain asing akan menggerus kesempatan bermain local talent. Alhasil, semakin sedikit kesempatan pria lokal untuk berkembang. Dampaknya akan sampai ke tim nasional.

Potensi perpecahan dalam tim juga patut diwaspadai. Kutub pemain asal negara A dengan negara B akan terbentuk secara alamiah. Pengelompokan akan menjadi potensi bencana bila tak ditangani dengan baik.

Sejauh ini, Wolves masih mampu menunjukkan bahwa koneksi Portugal mereka cukup berhasil. Tentu dalam jangka pendek. Bagaimana dalam rentang waktu lebih panjang? We'll see..

Curup
21.09.2020
Muksal Mina Putra

Referensi : 1, 2, 3, 4, 5

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun