Liga Primer Inggris baru saja dimulai sejak Sabtu kemarin. Tim-tim prioritas juara sudah mulai unjuk gigi. Pemain baru pun sudah mulai unjuk aksi. Semisal Gabriel dan Willian di Arsenal. Keduanya tampil bagus untuk mengantar the Gunners menang tiga gol tanpa balas atas Fulham.
Salah satu tim yang paling menarik perhatian dalam bursa transfer kali ini, Chelsea, baru akan bermain nanti malam. The blues akan bertandang ke Brighton & Holve Albion, membawa para pemain baru bintang limanya.
Chelsea memang menarik untuk diamati. Setelah lepas dari embargo transfer pemain, mereka langsung tancap gas dengan menggaet andalan Ajax, Hakim Ziyech, kapten PSG, Thiago Silva, Ben Chilwell dari Leicester serta duo Jerman, Timo Werner dan Kai Havertz.
Kesuksesan menggaet para pemain kelas satu ini tak lepas dari peran perempuan cantik yang senantiasa hadir di presentasi pemain baru Chelsea. Marina Granovskaia. Ow, ow, siapa dia? Usut punya usut, perempuan 45 tahun ini adalah direktur sepakbola Chelsea FC.
Di tangannya lah kebijakan-kebijakan transfer Chelsea ditentukan. Saking berkesannya pergerakan transfer the blues, netizen menjuluki bahwa pemain terbaik di jendela transfer kali ini adalah Marina!
Sekilas, perannya kadang memang jarang disebut sebagai bagian dari kesuksesan sebuah tim. Nama pelatih, kapten, dan pemain bintang adalah para aktor yang selalu dielu-elukan. Akan tetapi, peran direktur sepak bola tidak dapat dikesampingkan.
Padahal ada peran yang tak kecil dari seorang direktur sepak bola bagi jalannya sebuah klub. Bahkan, Mads Davidsen, mantan direktur sepakbola klub Shanghai SIP dan pemilik firma konsultan Optima Football, berani menyebut bahwa menurunnya performa Manchester United selepas pensiunnya Sir Alex Ferguson justru karena tidak punya director of football!
Peran direktur sepak bola memang terbilang baru di Inggris. Karena asingnya itu, Arsene Wenger sampai mengernyitkan dahi tatkala ditanya tentang perlunya Arsenal merekrut direktur sepak bola.
"Is it someone who stands on the road and directs the players left and right? I never understand what it means, director of football."
Lain halnya di Italia dan Jerman. Posisi direktur sepak bola telah lama dikenal di negara itu. Mereka ibarat tangan kanan, perpanjangan kuasa dari presiden klub untuk mengurus tim.Â
Siapa yang tak kenal Adriano Galliani? Bila menyebut Milan, maka akan menyertakan nama Galliani. Atau transfer guru dari Juventus, Luciano Moggi. Perannya sangat menentukan dalam kesuksesan La Vecchia Signora pada medio 90an.
Bukan Julian Naelsmann atapun Dayot Upamecano, tapi sang direktur teknik, Ralf Rangnick. Begitu pun kesuksesan Bayern Munchen meraih treble winners musim lalu, tak lepas dari peran sporting director mereka, Hasan Salihamidzic.
Jembatan Pelatih dan Klub
Pada hirarkis klub, alur koordinasi pelatih bukanlah langsung ke presiden atau pemilik klub. Mereka mengkomunikasikan keperluan terkait area teknis melalui direktur sepak bola.
Carlo Ancelotti menuliskan dalam autobigrafinya, Quiet Leadership, tentang pengalamannya bekerja bersama direktur sepak bola.
Menurut Ancelotti, pekerjaannya di Milan, Chelsea, Madrid dan PSG sangat terbantu dengan adanya direktur sepakbola. Ia cukup menyampaikan urusannya pada direktur. Tak perlu langsung ke presiden. Pelatih pun bisa fokus pada tim tanpa terganggu perkara non teknis.
"People ask how I dealt with Silvio Berlusconi at Milan, Roman Abramovich at Chelsea, Florentino Prez at Real Madrid or Nasser Al-Khelaifi at Paris Saint-Germain. I'll tell you: For me, it's not so important. I don't spend a lot of time with the president. Mostly I spend time with the general director and it is he who spends time with the president."
Galliani di Milan, Frank Anersen di Chelsea, Moggi di Juve, Jose Angel Sanchez (Madrid) dan Leonardo (PSG) adalah sederet tangan kanan presiden klub yang pernah bekerja bersama Ancelotti.
Menurut Ancelotti, direktur adalah perantara antara pelatih dan pemilik klub. Direktur akan menyampaikan apa harapan-harapan pemilik terhadap tim. Pelatih akan berusaha memenuhi harapan tersebut, dengan dibantu oleh direktur yang akan berurusan pada masalah sumber daya. Entah itu transfer pemain ataupun penambahan fasilitas. Begitupun ketika tensi meninggi, maka direkturlah yang menjadi penengahnya.
Ancelotti menyoroti Chelsea sebagai tim yang 'sedikit tidak jelas' soal hirarkis tersebut. Setidaknya pada masa ia melatih di Stamford Bridge (2009-2011).Â
Selepas Peter Kenyon dan Anersen, sempat ada kekosongan posisi direktur. Alhasil, ada kesimpangsiuran soal kewenangan. Ancelotti malah merasakan ada kekosongan komunikasi dengan bos besar, Roman Abramovich.Â
Maklum, bos orang sibuk. Tentu tak setiap saat bisa ngobrol dengan manager kan? Fungsi ini yang mestinya dijalankan oleh direktur sepak bola. Peran yang sekarang dijalankan oleh Marina Granovskaia.
Don Carlo memaklumi bahwa role director of football masih asing di Britania. Para manajer adalah bos dalam struktur klub. Hanya pemilik yang berada di atas mereka. Di Inggris, peran sebagai pelatih kepala dan direktur sepakbola biasanya dirangkap oleh pelatih itu sendiri. Contoh termudah tentu Alex Ferguson dan Wenger.
 "Selama saya menjadi manajer Arsenal, maka semua urusan teknis adalah tanggung jawab saya"
Demikian sabda monsieur Wenger saat Arsenal mencoba menunjuk direktur sepakbola.
Dilansir dari bundesliga.com, Karl-Heinz Rummenige menjelaskan peran Salihamidzic sebagai sporting director dalam struktur organisasi Bayern.
"He's responsible for the football side of things. He's to be a link between the coach and the team, the coach and the club, to oversee the scouts and also the youth academy,"
Singkatnya, para direktur ini adalah jembatan antara klub dan pelatih kepala serta tim serta turut bertanggung jawab dalam setiap aktifitas teknis klub.
Pengejahwentah Identitas dan Filosofi Klub
Pada awal tulisan ini sempat disenggol ulasan dari Mads Davidsen tentang kosongnya posisi direktur sepak bola sebagai salah satu sebab dari menurunnya MU pasca Ferguson. Davidsen tidak asal bicara.Â
Pengalamannya menjadi direktur sepak bola di sejumlah klub menunjukkan kompetensinya. Ia menjelaskan, bahwa hal utama yang harus jelas di sebuah klub adalah identitas, filosofi dan visinya.
Apa identitas klub ini? Tim besar dengan target juara, atau tim semenjana dengan sasaran lolos ke kompetisi kontinental, atau justru tim kecil dengan sasaran bertahan di divisi utama saja? Direktur sepakbola punya peran penting untuk meramu hal tersebut bersama pemilik klub.
Setelah jelas dengan identitas dan visi yang akan dicapai dalam kurun waktu yang spesifik, maka langkah selanjutnya adalah menunjuk sumber daya yang tepat untuk menjalankan visi tersebut. Disinilah peran direktur sepakbola menjadi semakin penting.
Ia diberikan akses untuk menunjuk pelatih yang tepat, memainkan strategi transfer dan meningkatkan fasilitas latihan berdasarkan diskusi dengan tim pelatih, serta memastikan semua elemen bergerak atas dasar filosofi yang sama.
Ia mencontohkan tetangga MU, Manchester City. Pep Guardiola selaku pelatih kepala justru merupakan kepingan puzzle terakhir yang dibutuhkan City.
Setelah diakuisisi Sheik Mansour Al Nahyan, langkah besar pertama City adalah mendatangkan direktur sepakbola Barcelona, Txiki Begiristain dan CEO Feran Sorriano. Txiki lah yang mendatangkan pemain-pemain yang kemudian menjadi penopang kesuksesan City.
Contoh lain berada di tanah Jerman. Kesuksesan Leipzig tak lepas dari tangan dingin Ralf Rangnick selaku direktur sepak bola. Sejak ditunjuk oleh manajemen pada 2012, Rangnik membenahi klub agar memiliki filosofi yang jelas.
Lahirlah filosofi "muda dan cepat". Maka filosofi ini mendasari setiap sendi kebijakan klub. Pemain-pemain yang didatangkan adalah pemain muda berbakat hasil intaian talent scout yang tersebar di berbagai belahan bumi. Pelatih didatangkan dengan merujuk pada kesesuaian dengan filosofi klub. Pelatih muda dan gemar daun muda. Hadirlah Julian Nagelsmann.
Oke, MU sempat sukses besar dalam 23 tahun kepemimpinan Fergie, tanpa adanya sosok direktur sepak bola yang membantu. Di Inggris, hal yang lazim bila manajer adalah bos di klub. Bagaimana filosofi klub, pola regenerasi pemain, strategi transfer ditangani langsung oleh manajer.Â
Maka ketika Fergie pensiun, hilang pula hal-hal mendasar tersebut. Klub jadi linglung. Berjalan tanpa arah yang jelas.
Davidsen berargumen, selaiknya filosofi, identitas dan visi klub adalah sebuah blueprint. Menjadi sebuah sistem yang diamini bersama oleh semua komponen klub.Â
Singkatnya, klub lah yang seharusnya menentukan filosofi, identitas dan visi klub. Bukannya menunjuk pelatih lalu menunggunya untuk merancang semua. Itu berjudi namanya.
Klub mestinya menciptakan sebuah konsep yang sustainable. Maka siapapun yang menjadi pelatih, siapapun pemain yang didatangkan, akan menjalankan tim sesuai filosofi yang ditetapkan. Direktur sepakbola lah yang bertanggung jawab untuk menjamin adanya arah yang jelas dalam menjalankan filosofi klub.
**
Sepak bola tak lagi hanya sekedar olahraga. Ia adalah industi. Sepak bola telah berkembang menjadi sebuah entintas bisnis. Terlalu besar untuk diurus oleh satu orang. Untuk menjalankannya sebagai sebuah entitas bisnis yang professional, maka diperluan orang-orang yang tepat.
Seiring berkembangnya industri olahraga di masa sekarang, sepertinya kebutuhan akan seorang director of football menjadi semakin urgen.Â
Seurgen kehadiran Marina di konpres Chelsea.
Curup
14.09.2020
Muksal Mina Putra
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H