Harapan-harapan terhadap anak, tentulah disesuaikan pula dengan potensi mereka. Usah meletakkan beban macam-macam sedangkan kita sendiri gagal mengidentifikasi potensi anak.
Bila sudah tahu, maka langkah berikut adalah menyiapkan lingkungan yang mendukung. Stimulus-stimulus yang mampu memantik perkembangan fitrah anak. Pemantik ini dapat berupa benda, kebiasaan, ataupun rekayasa lingkungan.
Misal, inginnya anak tumbuh minat bacanya. Maka dapat distimulasi dengan menyediakan buku-buku yang menarik. Menempatkannya di posisi yang mudah dijangkau dan terlihat, atau membacakan cerita menjelang tidurnya.
Anak sangat mudah tertarik dengan hal-hal visual. Maka jangan harap buku yang ditumpuk-tumpuk akan disentuhnya. Susunlah buku dengan memperlihatkan bagian paling menarik darinya : sampul.
Idealnya bagi anak, buku disusun berdiri menghadap ke depan. Tak perlu semua, cukup beberapa saja. Sisanya untuk digilirkan pada hari berikutnya.
Tampilan yang dinamis tentu lebih menarik daripada yang begitu saja, disusun berdiri dengan sisi buku menghadap keluar. Kan anak belum bisa baca itu judul disamping?
Ingin anak tumbuh jiwa sedekahnya, sering-seringlah mengajaknya berkeliling, melihat-lihat kehidupan orang lain yang kekurangan. Tunjukkan padanya bahwa mereka adalah orang-orang yang harus dibantu, sebisa kita. Bukankah ada ujar-ujaran, kehidupan sebenar ada di jalanan? Maka jalanan lah yang menjadi supportive environment nya.
Memahami bahwa Orangtua Sesungguhnya adalah Teladan.
Selepas menyediakan lingkungan pendukung, tugas berat berikutnya adalah menjadi teladan. Luangkan waktu untuk membaca setiap harinya. Usahakan terlihat oleh anak.
Bukan untuk pamer, tapi untuk menjadi teladan bagi anak. Tak mungkin anak akan acuh saja bila melihat orang tuanya membaca setiap hari. Ia akan serta merta mengambil bukunya pula, duduk disamping, bertanya ini itu tentang apa yang dibaca. Layani!
Besar harapan akan anak yang gemar bersedekah? Orangtua dulu yang mencontohkan. Pada siapa bersedekah, berserinya wajah saat memberi, dan keikhlasan setelah berbagi. Tak perlu repot-repot menyuruh anak memberi, bila ayah ibunya sendiri tak pernah Nampak berbagi. Sekali lagi, ini bukan riya'. Masa riya' sama anak sendiri. Aneh kan. hehehe.
Ada ujar-ujaran bahwa anak adalah pendengar yang buruk, namun peniru yang ulung.