Tak heran bila kemudian di masa belajar selanjutnya anak justru kehilangan gairah untuk mencari tahu. Akhirnya, anak menganggap belajar hanyalah dianggap sebagai sebuah aktivitas rutin semata. Dilakukan untuk mendapat nilai yang baik. Kepuasan tak lagi diukur pada pencapaian pengetahuan, namun hanya terbatas ukiran nilai diatas kertas semata.
Bukankah dasar dari ilmu adalah bertanya? Keingintahuan, penasaran, curiosity.
Imajinasi
Albert Einstein, lazim disebut sebagai simbol manusia jenius, mengatakan bahwa yang paling penting dari semua pengetahuan adalah imajinasi.Â
Imajinasi mendorong manusia untuk melihat kemungkinan-kemungkinan yang bisa diraih, meski awalnya tampak sebagai sebuah kemustahilan.
Masa sekarang, orang akan mengernyit heran jika ada manusia yang mengaku belum pernah naik pesawat. Dulu, Wright bersaudara justru ditertawakan saat membuat percobaan agar manusia bisa terbang seperti burung.
Siapa yang dapat membayangkan manusia dapat berkomunikasi dengan bertatap muka langsung, pada masa komunikasi jarak jauh hanya bisa melalui telefon dan surat.Â
Sekarang, orang yang terpisah antar benua bisa ngobrol bertatap muka. Tak perlu lagi menunggu pak pos datang mengantar surat yang dikirim sebulan lalu.
Poinnya adalah, imajinasi menciptakan kreativitas. Kreativitas menghasilkan kary dan dari karya-karya tersebut menjadi manfaat bagi umat manusia. Membuat sang pembuatnya menjadi abadi dalam karyanya.
Tanyalah cita-citanya, seabrek! Hari ini ingin menjadi asrtonot selepas nonton film luar angkasa. Besok jadi pahlawan super, lusa jadi tentara.Â
Anak sulung kami yang perempuan ingin jadi koki dan salon (maksudnya penata rambut mungkin), karena sekarang sedang asyik-asyiknya main masak-masak dan salon-salon.