Ayah pula yang mengajarkan bahwa seorang laki-laki memiliki sperma, dan ada konsekuensinya. Dan seterusnya tentang mandi wajib. Ayah lah yang harus mengajarkan.
Ibu pula yang mengenalkan bahwa perempuan memiliki keistimewaan berupa rahim, serta konsekuensi memilikinya bagi seorang perempuan.
Keempat, usia 10-14 tahun
Menjelang masa puber, pola kedekatan justru dibalik. Anak lelaki didekatkan dengan ibunya, dan anak perempuan berakrab dengan ayahnya. Kenapa? Ini adalah fase kritis. Sebuah fase transisi menuju kedewasaan.
Begitu memasuki masa puber, anak akan mengenal rasa suka pada lawan jenisnya. Maka anak lelaki perlu diajak mengenal karakter perempuan, mengetahui isi hati perempuan melalui kacamata ibunya, sang perempuan. Dengan begitu, si bujang akan menghargai lawan jenisnya, sebagaimana ia menghargai ibunya.
Pun demikian dengan anak perempuan, diajak untuk mengenal tipikal laki-laki dari kacamata ayahnya. Ia akan menjadikan ayah sebagai standar mutu seorang lelaki. Kekosongan peran ayah pada fase ini, rentan menjerumuskan anak perempuan pada jebakan pencarian akan sosok lelaki idaman. Bingung, tanpa panutan.
***
Masa pubertas adalah masa yang menandai kedewasaan seseorang secara fisik. Payahnya, usia fisik terkadang tak berimbang dengan usia psikis. Sudah baligh tapi belum aqil!
Tubuhnya berkembang cepat, seiring dengan pengaruh hormon  yang alami. Harusnya beriring pula dengan kedewasaan secara akal.
Kematangan pendidikan fitrah seksualitas ini akan menjadi modal anak menghadapi masa pubertas. Â Pemahaman soal karakter lawan jenis yang ideal mudah-mudahan akan melindunginya dari kerawasan akan kerusakan masa puber.