Kedelapan, izikan anak berbeda pendapat dengan saudaranya dan orangtuanya. Biarkan dia punya pandangan sendiri, sejauh itu baik.
Kesembilan, berikan alternatif untuk setiap masalah, keinginan, kebutuhan, dan lain-lain. supaya ia bisa memilih sendiri mana yang pas baginya. Semisal membeli pakaian. Berikan ia kesempatan untuk menunjuk mana yang ia suka.
Kesepuluh, izinkan dan biarkan anak dengan sikap dan kesendirian dalam relitas sosialnya. Pelabelan mungkin akan melekat. Anak yang egois, individualis, tak mampu kerja sama. seolah-olah anak akan menjadi seperti itu seterusnya. Tugas kitalah untuk membesarkan hatinya. Membuatnya tetap bangga pada dirinya. Pada prinsipnya.
***
Pada dasarnya, manusia adalah individual-sosial. Untuk menjalankan peran makhluk sosial, perlu modal penguatan karakter diri yang terbungkus dalam individualistis.Â
Karakter yang kuat akan membentuk seseorang yang berego kuat, tak mudah dipengaruhi, malah mudah mempengaruhi orang lain.
Karakter ego dan individualitas anak yang kuat, menjadi tameng baginya untuk berani menolak, berani berkata tidak, dan punya sikap.Â
Kesemuanya menjadi persiapan menghadapi hidup. Berkembang dengan jati diri yang jelas. Bangga dengan kekhasannya masing-masing.
Anak yang terlatih mempertahankan apa yang menjadi miliknya, apa yang menjadi keyakinannya sejak kecil, akan mampu mempertahankan haknya pula kelak. Mempertahankan prinsip. Menjadi beringin. Tak goyang diterpa angin kencang.
Curup,
22.06.2020
Muksal Mina Putra
Sumber : Menjadi  Ayah Pendidik Peradaban terbitan Hijau Borneoku tahun 2018 karya Adriano Rusfi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H