"Jangan sampai jatah 30 persen di dalam negeri, ternyata ada penyelundupan ke luar negeri hingga 40 persen," kata Singgih.
Menurutnya, pengusaha pasti menginginkan keuntungan yang besar. Terlebih lagi harga CPO dunia saat ini sedang tinggi-tingginya.
"Pengusaha maunya begitu, tapi pemerintah juga meminta tanggung jawab mereka sebagai warga negara. Kasarnya, mereka berbisnis di atas tanah negara, jadi memiliki kewajiban untuk mencukupi kebutuhan minyak goreng dalam negeri," ujarnya. Â
Karakter Gotong-Royong Mulai Pupus
Anggota Komisi VIII DPR RI Maria Endang Astuti mengatakan kelangkaan minyak goreng ini diduga ditahan oleh para pengusaha pengolah CPO. Imbasnya minyak goreng sulit ditemukan di pasar. Hal itu menandakan hilangnya jiwa gotong-royong bangsa.
"Bila kebutuhan yang mendesak mereka tidak berpikir lagi untuk saling menghormati, saling membantu dan mengasihi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, kini nilai gotong royong sudah mulai sirna. Hal ini, tentu harus segera dibenahi," ujar Maria.
Ia menuturkan, karakter bangsa yang gotong royong seharusnya jangan sampai hilang dalam situasi dan kondisi apapun. Dengan gotong-royong itu, masalah bangsa bisa menjadi ringan, "Karakter bangsa ini, pembentukan utamanya adalah dari pendidikan agama," ujar Maria.
Ia mengingatkan pemerintah, bahwa membangun karakter bangsa itu dapat dimulai dari Kementerian Agama, "Sehingga karakter orang yang berbuat kejelekan dapat ditanggulangi. Contohnya, Tidak ada lagi kekejaman anak sampai membunuh orang tua dan tidak ada pemerkosaan," ujarnya.
Ia melihat Kementerian Agama dan Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) adalah pihak yang harus fokus meningkatkan pendidikan agama, agar dapat mengembalikan jati diri bangsa yang sudah mulai menghilang. (m)