Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tiga Hal Menjadi Renungan di Bulan Ramadan

8 Mei 2023   10:10 Diperbarui: 8 Mei 2023   10:15 235
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated By: muslim.or.id

Bulan Ramadhan 2023 telah berakhir sudah. Dan semoga bulan Ramadhan di tahun 2024 nanti, kita diberikan kesempatan berjumpa lagi dan bisa melaksanakan berbagai kemuliaan yang tidak ada di bulan lain, Amin.

Nah, ada tiga hal yang menjadi catatan penting, menjadi renungan yang dapat dipetik di bulan Ramadhan. Tentunya dapat dijadikan spirit perubahan mental yang positiv dalam kehidupan.

Kendali Diri

Pengendalian diri dari hal yang dapat membatalkan puasa merupakan cermin kendali diri dari imsak tiba sampai dengan waktu menjelang Magrib.

Menahan hawa nafsu separuh waktu, seperti makan minum dan bermacam pantang larang yang dapat merusak dan mengurangi nilai puasa seseorang.

Menariknya, pantang larang ini sebenarnya halal dan baik untuk seseorang, seperti dilakukan pada bulan-bulan biasanya. 

Pendek kata di bulan Ramadhan, puasa justru melarang untuk melakukannya. Sebelum yang telah ditentukan. Yakni jadwal berbuka.

Maka sesuatu yang halal terlarang bagi yang sedang berpuasa

Konteks memberikan gambaran pelajaran bagi kita, renungan tentunya. 

Jika yang halal saja mampu kita tahan, tidak tergoda untuk melakukannya. Maka, mengapa yang haram saja kita tidak bisa?

Semestinya, harapan puasa bisa memberikan dampak perubahan ke arah pribadi yang lebih baik  bukan hanya di bulan Ramdhan tapi selalu berkelanjutan walau bukan di bulan Ramadhan.

Mampu menahan dan mengendalikan diri dari segala sesuatu yang tidak baik dalam kehidupan. Tentunya.

Korupsi dan aneka rupa kemaksiatan duniawi, iya toh. Akibat dari tidak mampu untuk menjaga diri dalam arti kendali diri pada kita.

Kejujuran

Selain pengendalian diri diatas. Puasa juga secara tidak langsung menunjukan nilai sportifitas dari sebuah kejujuran dalam menjalankan ibadah puasa.

Bahwa kita bisa jujur. Tidak perlu pujian ataupun sebuah pengakuan dari orang lain. Agar dianggap berpuasa.

Dan hanya berharap kepadaNya, berserah diri dalam menilai tentang keabsahan puasa kita.

Dalam hal ini tidak ada siapapun yang bisa menerka-nerka tentang puasa kita. Berprasangka, apakah berpuasa atau tidaknya kita. Iya kan.  Hanya kita sendiri dan kepadaNya.

Oleh karena itu, kita pun bisa berbuat curang, untuk menipu penilaian orang lain dengan berpura-pura berpuasa. Biar dianggap sedang menjalankan puasa.

Tapi dalam ini, justru kita tidak mau untuk melakukannya. Berbuat kecurangan.

Tanpa disadari rasa takut ini, merupakan titik nilai kejujuran yang diajarkan dalam puasa. Meski waktu dan kesempatan jelas terbuka lebar bagi kita untuk bisa melakukannya.

Rasa takut lahir dari dorongan spiritual yang mengarahkan kita untuk tidak berbuat curang. Yakni kehadiran Tuhan yang selalu ada dan memgawasi semua tindak tanduk manusia. Tidak luput dari pantauanNya.

Kepedulian Sosial

Selain dua hal diatas. Puasa juga melatih diri berbagi kepekaan terhadap realita sosial. Memantik jiwa empati dan simpati pada seseorang.

Pelajaran dari menahan lapar dan haus memberikan gambaran perasaan yang sama kepada orang lain yang sedang mengalami perasaan yang serupa.

Bahwa derita bagi saudara-saudara yang mengalami kondisi yang setidak tidak berpihak kepada kehidupan mereka. Dari himpitan secara ekonomi dan realita sosial.

Disamping adanya nilai sebuah toleransi, perasaan saling menghormati dan menghargai satu sama lain. Kerukunan ditengah perbedaan poin utama dari sebuah kata perdebatan dan perpecahan.

Seandainya saja puasa dapat melahirkan kepekaan pada diri seseorang. Betapa signifikan perubahan yang akan ditimbulkan. Yakni kepedulian sosial dalam masyarakat, bukan.

Rasa senasib dan sepenanggungan diantara kita. Nilai-nilai positiv yang mulai luntur karena perubahan nilai luhur yang terjadi sekarang, perubahan sikap sudah mengalami pergeseran.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun