Simbolisasi dalam dunia politik merupakan kelumrahan dan menjadi sebuah keharusan berpolitik.
Upaya mempengaruhi orang lain melalui perantara simbol-simbol tertentu, 'berkonotasi'Â lain dari maksud yang sebenarnya. Bertujuan meninggalkan jejak atau kesan kepada objek yang dituju.
Kesan lain kepada khalayak berupa respon dan reaksi publik. Dalam politik, simbol merupakan usaha membangun image dan mempengaruhi mindset.Â
Diharapkan adanya reaksi, yaitu politik dalam mengarahkan persepsi publik. Serta cara menarik massa, barisan simpatisan sebagai pendukung loyalis. Dengan menggunakan simbol tertentu.
Seperti simbol agama, buruh atau petani, kedaerahan/etnis/, atau kelompok massa (ormas) yang berpengaruh. Sehingga kecenderungan bersikap klaim, atas sesuatu hanya digambarkan dengan perwujudan simbol.
Pendeknya, simbolisasi politik selalu ada pesan yang tersembunyi dibalik sebuah makna simbol, punya motif dan tujuan.
Hal ini dapat disimak dari perjalanan sejarah politik tanah air. Simbol sangat lekat pada parpol besar kala itu. Dan kecondongan para pendahulu berpolitik, selalu ada simbolisasi yang digunakan.
Mewarnai pergerakan dan sepak terjang perjalanan dalam berdemokrasi. Secara garis besar mewakili tiga ideologi besar kala itu. Nasionalis, agamis, dan komunis.
Sisi ideologis atau faham yang dianut samgat kental mempengaruhi jalan politik parpol. Dan pergerakan dalam berpolitik.
Perjalanan sejarah ini, menggambarkan adanya tiga ideologis besar, pada masa orde lama. Cikal bakal lahirnya sebuah inisiasi terbentuknya kabinet 'Nasakom' kala itu, oleh Presiden Soekarno.