Ketika polarisasi politik jadi domain elit tertentu dalam berpolitik. Identitas keyakinan dijadikan amunisi penting sebagai alat serang, demi meraih simpati dalam berpolitik, yups tinggalkan di pemilu 2024 'say no to polarisasi politik.'
Lalu siapakah yang senang, jika polarisasi politik berhasil membuat anak bangsa jadi gontok-gontokan? Versi awamologi penulis ada tiga kelompok yang diuntungkan dari hasil kerja dari polarisasi politik;
Pertama. Orang lain di luar sana. Yang mungkin punya kepentingan tersendiri terhadap NKRI. Namun terganjal oleh pemerintah yang berkuasa saat ini, misalnya.
Pastinya senang betul, melihat Indonesia pada beranteman, stabilitas politik terganggu, rakyat cakar-cakaran. Elit politik tertawa-tawa melihatnya, menari-nari atas keberhasilannya bermain politik.
Kedua. Politikus/kelompok tertentu. Yang mungkin memiliki motif tersendiri, terlepas apa itu motifnya. Pandai memanfaatkan moment demi nafsu kepentingan.
Dan menjadi dewa kala keruh suasana, penyelamat massa dan menjembatani keantipatian massa sebagai kuda troya politik semata. Demi meraih tujuan kelompok politik mereka belaka. Atau alat untuk merongrong pemerintah yang sah, entahlah.
Ketiga. Bisa saja aji mumpung bagi seseorang,bersifat individual. Yakni berada pada posisi diuntungkan. Karena polarisasi terbentuk, punya banyak barisan penggemar, fans membabi buta dan apalah itu.
Seandainya satu massa 20% dari seluruh penduduk Indonesia. Betapa besar jumlah fans dimiliki. Bahkan mampu mengangkat derajat kepopuleran. Jadi artis, pengamat politik, oposan dan sebagainya.
Lalu dibuatlah konten-konten, narasi-narasi yang menyenangkan barisan massa tersebut. Dan memburuk-burukan pihak lain hanya untuk eksis dimata penggemar, ya dengan cara apapun.
Lanjut, diundang keberbagai acara bergengsi jadi narasumber karena cuitannya yang pedas dan pro rakyat. Tajam kritik pemerintah, kalau bisa hina itu presiden. Dungu-in mereka.
Karena dengan itu dia mendapatkan keuntungan, iya kan. Dan kontennya diserbu banyak orang dan dipuja puji para penggemarnya, dijadikan sumber referensi kebenaran dimata mereka yang mengidolakan.