Buruknya, apapun yang selalu dilakukan pemerintah selalu ditanggapi miring, menuai kritik tajam, pemerintah selalu saja dianggap salah dimata mereka.Â
Sebaliknya, apapun yang dilakukan dari yang di idolakan akan dibela habis habisan, meskipun bertindak salah tapi benar versi kacamata mereka.Â
Begitupun dari pihak pro pemeritah bertindak serupa meski tak sama, dan akan membalas dan berusaha menangkis tudingan dari kelompok anti pemerintah.
Hebatnya, klarifikasi dari pemerintah akan disuarakan oleh mereka yang pro. Hebatnya, kritik dari partai oposisi diambil alih perannya oleh kelompok yang kontra.
Alhasil, hadirlah opini-opini tidak bertanggung jawab ditengah masyarakat. Sukar membedakan mana yang mesti dipercayai oleh rakyat. Alih-alih mencerdaskan cenderung mendungukan rakyat.
Pernyataan tak beretika, estetik dan logika dari orang-orang yang sengaja bermain dalam air yang keruh, menggunting dalam lipatan. Ada udang dibalik bakwan.
Serta mengajari spirit pesimistik. Ilustrasi ragam persoalan pelik yang tak kunjung usai, dan gambaran kebobrokan tatarupa dan tatacara berbangsa.Â
Sisi lain memberikan kecurigaan, mosi tidak percaya kepada orang-orang tertentu, membenci kepada kelompok yang tidak sepaham (sehaluan).
Lalu menciptakan kegaduhan dengan membangun informasi-informasi yang memang sengaja disebar secara sepihak bagi yang bermain dalam kanal sensitiv. Dan isu SARA diputarbalikan secara tertata dan menjadi senjata utama tuk memecahkan, membentuk kelompok massa di masyarakat.
Lalu siapakah yang akan dirugikan? Dari sebuah polarisasi politik, entahlah!
Tentunya dipahami, pasti ada yang dirugikan. Kalah jadi arang, menang jadi abu. Sama-sama merasakan dampak bukan. Apalagi hanya karena perbedaan pilihan politik jadi biang keributan.