Hal ini dapat dilihat sikap bapak Jokowi belum secara terang-terangan dalam bermonuver politik, cenderung bersikap netral. Tidak mendukung kubu si Anu dan sih Anu secara vulgar. Meski dalam bendera parpol yang sama.
Serta terlihat juga dalam koalisi, komposisi kabinet. Lima menteri yang keterwakilan parpol pendukung adalah tokoh teras parpol ditunjuk sebagai menterinya. Ketua umum langsung.
Nah, bisa saja masuknya petinggi parpol ini adalah langkah taktis politik Jokowi. Selain meredam gesekan politis, citra kerjasama multi backgraund, cerminan harmoni ditengah perbedaan.
Yakni strategi untuk memberikan pemahaman kepada publik, sinergitas para elit parpol berkerja atas nama bangsa. Atau menjadi siasat terjitu, untuk dilihat oleh rakyat.Â
Gi nih loh pencapaian mereka jadi menteri, hasil kerjanya. Rakyat bebas untuk menilai, berhasil atau tidak amanah yang diamanahkan. Entahlah.
Dengan masuknya Zulkifli Hasan dari pentolan Partai Amanat Nasional (PAN) yang sebelumnya merupakan bagian dari parpol oposan, mendag yang baru. Merapat dalam koalisi Jokowi.
Tentunya harapan besar tertumpu pada Pak Menteri. Menjawab seabrek permasalahan yang sedang terjadi, seperti permasalahan minyak goreng, kenaikan harga kebutuhan pokok menanti biah tangan dan ide cemerlang Bapak.
Untuk mengentaskan persolan yang mungkin belum terentaskan oleh Mendag sebelumnya. Dan pembuktian amanah memang benar pada orang tepat.
Karena seabrek persoalan ini menentukan citra positif Parpol serta image pemilu 2024. Ketimbang jadi menteri hanya untuk mencari point tertentu, masuk zona nyaman.Â
Atau sekedar mendulang suara parlement 4% terhindar dari kebijakan  Parliamentary Threshold. Dan semoga amanah Pak.
Salam