Dari sekian banyak partai politik ditanah air, PDI Perjuangan merupakan salah satu partai besar yang berisikan para kader-kader hebat dan terkenal. Seperti Ganjar Pranowo, Jokowi, Pramono Anung, dan banyak nama-nama lainnya.
Persis sama dengan partai politik yakni dari partai Golkar, tempat bernaungnya para elit politik yang ternama, politikus ulung dan politikus senior tanah air. Dengan background yang menarik, dari pengusaha, aktivis, militer, sipil, pengacara, birokrat, dan bermacam-macam latar belakang profesi dan pendidikan.
Tercatat bahwa kesuksesan pada pemilu tahun 1999. PDI P unggul diparlemen dengan suara 33, 3% dan jumlah 154 kursi di DPR. Dan terulang kembali ditahun 2014 dan 2019, memenagi  legislatif, eksekutif pun dimenangi PDI Perjuangan.
Yang berhasil mengantarkan Bapak Jokowi menjadi presiden selama dua periode. Kader PDI P yang karir politiknya terbilang moncer dari Walikota Solo, Gubenur DKI, dan Presiden saat ini. Kesuksesan PDI P menjadikan sebagai partai yang cukup jumawa (percaya diri) untuk maju kembali mencalonkan orang-orang terbaiknya tuk bertaruh pada pemilu ditahun 2024.
Dengan perolehan suara 19,33% perolehan kursi 128 kursi pemilu 2019. Sangat memungkinkan bagi PDI P untuk mengusung calon kembali dari partai sendiri. Minimal berkoalisi dengan satu parpol lain hanya tuk mencukupi prasayarat 20% dalam mencalonkan jagoan di pilpres mendatang.
Semakin hangatnya jelang tahun 2024, konstelasi tanah air riuh bersuara, pernyataan-pernyataan elit disertai mobilitas partai sudah tanpak ergerak disertai dengan monuver politik tingkat elit partai. Tak luput dari saling intai setiap parpol dalam mengkalkulasi peluang jagoan, eksistensi partai, setidaknya keterwakilan 4% terhindar dari kebijakan ambang batas senayan.
Dari 14 jumlah parpol yang ada plus partai baru yang telah terbentuk saat ini, pemilu serentak 2024, maka  semakin ramai dan semakin seru pastinya. Atau justru mennciptakan sensi dan tensi perpolitikan tanah air jadi semakin panas. Entahlah.
PDI P sang Incumbent, pemenang pemilu sebelumnya. Pastinya memperhitungkan langka taktis kedepan, dibawah satu garis komando yakni putri sulung Presiden pertama Megawati. Keputusan mutlak sang ketua, menentukan kemana parpol akan digerakan. Kepada siapa jari telunjuk akan diajukan untuk maju sebagai bakal calon presiden kedepan dari parta Banteng.
Hal dapat disimak bagaimana gembar-gembor partai kompetitor, PAN, Golkar, PPP yang resmi umumkan koalisi Indonesia bersatu. Maka potensi jelang pemilu, pilpres khususnya akan bertambah beberapa kandidat bakal calon yang mungkin akan menjadi lawan dari jagoan yang akan diusung PDI P.
Begitu dengan PKB, Nasdem, Demokrat dan PKS Â yang pastinya juga akan mempertimbangkan hal ini. Ikut bersama Golkar DKK, Ikut PDI P kah, atau justru membangun koalisi baru bersama Gerindra, atau membentuk koalisi sendiri.
Jikalau, terjadinya koalisi Gerindra dan PDI P Antara Prabowo dan Puan Maharani, maka opsi-opsi lain bisa saja terjadi bagi parpol lain, bergabung atau membentuk aliansi baru. Dinamika politik yang dinamis, memungkinkan parpol lain mempertimbangkan langka selanjutnya, yang bersifat menguntungkan pastinya.
Dalam kacamata awamologi penulis, PDI P sebagai partai besar, dengan kader yang militan, punya nama, dan basis suara/lumbung suara. tentunya tidak mau kecolongan dari parpol lain, bukan.
Namun timpang siur, siapakah yang akan maju dari PDI P? Sipakah yang akan diusung? Dengan parpol makanakh mereka akan berkoalisi? Menjadi tanya besar bagi publik. Terlebih adanya dua figur dari PDI P yang dianggap akan bersaing untuk maju, Ganjar kah atau putri kandung sang ketua umum, Puan Maharani.
Permasalahan siapa bakal calon yang diusung PDI P, setidaknya memberi ragam anasir publik. Yang diketahui dua sosok masih tarik menarik, dalam artian kepastian dari PDI P menentukan siapakah yang akan diputuskan.Â
Berdasarkan tingkat kepopuleran dan hasil lembaga survey, tingginya tingkat respon publik terhadap Ganjar Pronowo daripafa Puan Maharani, tentunya PDI Perjuangan juga ojo kesusu dalam menyikapi.Â
Seandainya, PDI P memaksakan dalam artian menentang animo publik dengan memaksakan kehendak Puan Maharani bergandeng dengan sang ketua umum Gerindra Probowo Subianto. Bisa dibayangkan bagaimana reaksi internal PDI P terjadinya gesekkan sesama internal partai. Dalam menakar potensi bakal calon.
Dan Megawati sang ketua umum akan dihadapkan dengan pertimbangan yang cukup pelik, menurutku.
- Pertimbangan partai atau kelanjutan estafet trah Soekarno, Ganjar atau Puan
- Koalisi Gerindra, dan berposisi sebagai wapres tentunya mustahil untuk sekelas Megawati dan PDI P
- Kekhawatiran, keluarnya Ganjar lalu dipinang dari parpol lain
- Tergerusnya suara PDI P karena salah usung capres, atau salah menentukan kawan berkoalisi
Belum lagi besarnya peranan Jokowi, kekuatan relawan Jokowi yang dinilai berpotensi besar mewarnai simpati publik. Maka kebijakan Megawati msetinya selaras dengan arah kemana Jokowi mengarahkan kekuatan relawan yang cukup solid. Pasalnya kekuatan relawan menentukan kemanangan daam pilpres 2019 bukan.
Maka indikasi masalah internal bakal calon dari PDI P, sosok Ganjar, Puan, Megawati, dan Jokowi. Penentu arah kebijakan pemilu mendatang. Dan penulis yakin, PDI P telah memperhitungkan kemungkinan yang bakal ditempuh, langkah taktis yang akan dilakukan.
Atau bisa jadi belum pastinya sosok figur ditentukan adalah cara partai Benteng untuk memberikan kejutan, meraih kembali kemenagan, entahlah.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H