Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tetangga adalah Keluarga Terdekat Kita, Iya Kan?

31 Mei 2022   10:39 Diperbarui: 31 Mei 2022   10:47 3563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: www.kompas.com

"Tetangga kita adalah keluarga terdekat kita." kata teman.

Sungguh amat bijak makna dari kata ini bila dicernah secara mendalam dalam interaksi dan realita kehidupan sosial dalam hidup bermasyarakat. Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada satupun manusia yang mampu tegak sendiri loh tanpa ada manusia lainnya, iya kan. Perlu orang lain.

Disini tetangga sekitar merupakan orang yang terdekat yang paling sering kita jumpai dan intens berinteraksi sehari-hari. Baik pada kegiatan yang bersifat formal maupun hanya sekedar obrolan lesehan, tegur sapa disaat berpapasan jalan kala bertemu di warung bik Surti.

Justru rasa persaudaraan dengan tetangga akan semakin terasa bila kita jauh dari sanak saudara (keluarga) karena jauh ditanah perantauan. Meski mereka bukan saudara dari satu garis keturunan, etnis, keyakinan, daerah, kelompok tertentu perasaan saudara sungguh terasa, iya kan.

Tetangga dalam hal ini adalah keluarga terdekat kita untuk saat ini. Yang semestinya terbangun rasa persaudaraan dan terjalin secara baik. Karena dikala kita sedang membutuhkan pertolongan merekalah yang paling cepat mengulurkan tangannya bergerak untuk membantu.

Untuk itu, menjaga hubungan yang harmonis 'akur-akur wae' sesama tetangga mesti terjaga secara baik dimanapun kita berada. Kepada siapapun selalu pada rukun damai, saling hormat menghormati dan 'ringan tangan' tuk membantu orang-orang dalam kondisi apapun.

Banyak loh yang terjadi, karena hubungan sosial nya kurang baik dimasyarakat sesama tetangga justru akan diberi sanksi sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Dikucilkan, tidak ada satupun tetangga yang respect mau berteman apalagi keinginan untuk membantu disaat sangat membutuhkan peran dari orang lain. 

Nah, menjadi tuk perenungan ya buat kita yang jauh dari sanak family. Tetangga adalahorang terdekat kita, orang yang lebih cepat membantu tika ada sesuatu yang mesti oranglain terlibat untuk membantu meringankan persoalan, permasalahan yang kita hadapi. Meski hanya berbentuk doa atau kata-kata nasihat. 

Besar atau kecilnya peran serta tetangga sungguh bermanfaat dikala kita memang membutuhkan uluran tangan dari mereka. Baik secara materil maupun non materil. Urgensinya secara tak langsung memberikan keterbantuan bagi kita loh pada situasi kondisi itu.

Sungguh cocok dengan unggkapan pribahasa lama, Pucuk Dicinta, Ulam Pun Tiba. Butuh eeehhhh ada pertolongan dari tetangga disaat kantong sedang kempas kempis, bisnis lagi pada minim modal. misalnya.

Hal ini penulis alami sendiri dan amati di lingkungan sekitar tempat tinggal penulis, bagaimana cara masyarakat terhadap kita tergantung dengan cara dan sikap kita pada mereka.

Bisa dibayangkan jikalau hubungan sosial kita kurang harmonis, tentunya hukum sosial akan berlaku sebagai timbal balik bak pepatah "apa yang kamu tabur itulah yang kami tuai."

Hal ini bisa terjadi karena berdasarkan asumsi subyektif  khususnya ditempat tinggal. Menjadi catatan menarik untuk penulis sendiri bagaimana hidup kita bertetangga masyarakat. Agar terhindar dari sanksi sosial.

  1. Rajin bersilaturahim kepada tetangga, meski dalam kondisi sesibuk apapun aktivitas kerja yang kita lakukan.
  2. Rajin mengikuti kegiatan yang diadakan masyarakat, seperti kerja bakti bersama atau gotong royong, pertemuan majelis untuk berkegiatan.
  3. Rajin menyapa orang lain meskipun sekedar sapaan. Hai apa khabar bro, pak, misalnya. Ngobrol santai.
  4. Ringan tangan jika ada kegiatan dan membantu orang lain.
  5. Menghormati perbedaan, tidak menyombongkan diri, egois, dan tidak membeda-bedain mereka.
  6. Simpati dan selalu berempati dalam kedukaan orang lain.
  7. Selalu hadir dan berkontribusi pada acara masyarakat, acara hajatan misalanya.
  8. Dan jangan lupa terapkan sikap yang suka berbagi kepada orang lain

Lalu apabila kehidupan bermasyarakat atau bertetangga kita terjalin secara baik. Maka banyak manfaat yang kita temukan dan dapati, seperti rumah aman jika beperpegian jauh (mudik), dapat rejeki durian runtuh justru dari para tetangga.  

Karena Tetangga Adalah Keluarga Terdekat Kita, Iya kan

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun