Mirisnya, yang terjerat permasalahan asusila justru pelakunya adalah seorang anak-anak yang masih taraf ingusan. Masih duduk sekolah dasar, SLTP kerap terjadi.
Ya, secara tidak langsung kejadian ini sepertinya berhubungan dengan virus pornografi. Yang mereka saksikan diberbagai laman sumber yang ada, dan mudah sekali diakses.
Seliweran kontens yang tanpa cela tanpa ada pembatas bagi penonton, pembaca ketika diedar/dibagikan kekhalayak luas. Dngan mudah dinikmati tanpa melihat siapa yang akan mencernahnya.
Jangankan untuk kalangan anak-anak, dewasapun seakan tak tahan untuk menahan efek dari tayangan tersebut. Jika selalu disajikan secara terus-terusan, gamblang dan bebas setiap saat.
Tanpa menyalahi para pembuat kontens, kreator dari kontens esek-esek yang mengulas tema-tema vulgar, monggo diperhaluskan lagi, agar anak-anak tidak terpengaruhi dari keawamamnya mereka. Yakni menyajikan kontens yang mendidik.
Karena mau tidak mau untuk zamanny sekarang, anak-anak sudah pada mahir loh bermain/menguasai apa itu teknologi. Yang kadang justru kita orangtua kalah jaugh"gaptek" daripada mereka. Menjauhi mereka dengan teknologi juga bisa dibilang salah, emang zamannya toh.
Yups, tak pikir anak-anak toh akan akibat kontens yang disebar luaskan di akun-akun media sosial kita. Itupun kalau mau kala tak mau, ya karepmu.
Karena tidak semua orangtua bisa menjaga anak-anaknya selama 24 jam loh, karena kesibukan aktivitas. Teman.
Mungkin, para orangtua pada bisa mendidik anak sendiri untuk terhindar dari tidak terpapar dari masalah yang berbau porno. Tapi bagaimana dengan mereka anak-anak tetangga dilingkungan sekitar tempat tinggal, sekolahnya.
Takutnya bagaimana jika terjadi yang diharapkan justru anak kita adalah sebagai korban? Karena orang lain. Piye toh hancurnya ati!
Salam