Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Langkanya Tahu Tempe, Ketahanan Pangan, dan Dunia Pertanian

23 Februari 2022   14:06 Diperbarui: 23 Februari 2022   15:35 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by: economy.okezone.com

Kenaikan harga tahu tempe dan minyak goreng saat ini. Membuat pelaku usaha, pedagang 'gorengan'  memutar akal mensiasati kenaikan harga dan mengakali para konsumen tetap setia atas adanya perubahan yanh terjadi nantinya.

Misalnya, pedagang gorengan dengan kenaikan harga ini, rentan berpengaruh pada hasil jualan. Karena tahu tempe dan minyak goreng merupakan bahan baku utama saat berjualan. Namun sumber utamanya mulai langka dan mahal harganya, haduuh piye?

Untung saja gas elpiji tidak ikutan menjadi langkah serta naik harganya. Masih stabil dan normal seperti biasanya, bisa berabe dong ungkap seseorang pedagang gorengan yang sering mangkal disimpang empat lampu merah.

Ini contoh keluhan dari seorang pedagang, belum lagi keluhan pelaku usaha rumahan, usaha produksi tahu tempe. Kenaikan kacang kedelai secara tak langsung berimbas pada usahanya, pangsa pasar tahu tempe di pasaran.

Seperti keluhan ibu rumah tangga, mengeluh tahu tempe yang biasa ia beli diwarung Buk Tejo tiba-tiba harga naik, kemarin minyak goreng, kini tahu tempe naik pula, semua pada naik. 

Nah, Belanja dapur yang kagak pernah naik dari sang suami, pendapatan kagak naik, hasil bumi kagak juga naik harganya, aduuuh, makan apa kita nantinya Tole?

Maka tak heran loh teman, jika beli jajanan gorengan tahu tempe sering dijumpai ukuran gorengan berbeda dari biasanya. 

Ukuran sedikit berubah mini. Upaya pedagang menyiasati supaya harga pada tetap normal, sing penting rasanya tetap wuenak, maklumi yo.

Langkahnya Tahu Tempe, Ketahanan Pangan, dan Dunia Pertanian

Kelangkaan kacang kedelai sebagai bahan bakunya tahu tempe, bila dipikir--pikir dalam kacamata awamologi penulis, kok bisa ya. Kan, tanah kita subur tapi rakyatnya ora makmur.

Semua jenis tanam dapat tumbuh, bahkan varian tanaman kacang-kacangan bisa tumbuh dengan subur.

Faktanya, kita masih tergantung pada negara lain dalam supplay dan impor dari bangsa lain demi mencukupi kebutuhan pangan bangsa sendiri, yang konon katanya memiliki julukan sebagai bangsa agraris.

Justru menurut pandangan awamnya penulis, mestinya kita yang ekspor pada negara lain, iya kan. Jika dipikir-pikir barangkali banyak faktor lain yang berkaitan dengan hal ini? Tapi entahlah.

Disamping seringkali bermunculan # Save and tagg, kalimat tanpa pikir 'tolak produk luar, stop impor dari negara itu ini, ganyang terus, cepat putuskan hubungan kerjasama, dan sebagainya.' 

Tahu tempe setidaknya memberikan tamparan keras buat kita, iya kan. Kacang kedelai saja masih impor, jadi malu kan.

Apabila kita impor ya artinya kita tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan kita sendiri. Dan butuh uluran tangan bangsa lain tuk impor, mensupplay pada bangsa kita.

Seperti Bawang, Beras, Kacang Kedelai dan sebagainya belum juga bisa mampu kita penuhi dengan sendirinya, 

Dibidang non pangan apalagi, piye? Jadi pikir-pikir berasumsi tentang hal seperti ini bukan. Tanpa kita sadari, justru kita sedang bercermin melihat wajah kita sendiri.

Lalu, dengan langka dan mahalnya tahu tempe dan minyak goreng beberapa waktu lalu, setidaknya berhubungan dengan fakta dunia pernanian, dan mimpi bangsa dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.

Secara mayoritas sebagai bangsa petani. Kok bisa langka yang semestinya bisa diadakan. Dan bersinggungan dengan hasil pertanian, dan mampu untuk dikembangkan, apabila hulu hingga hilir, kepala sampai ekor menyikapi hal ini. 

Yakni kukuh tetap mempertahankan identitas sebagai bansga pandai bersyukur karena subur. 

Untuk mewujudkan swasembada pangan disetiap paparan visi misi dalam agenda rutin politik pemilu. Jabaran program kerja. Tentang cerita pertanian kita saat ini, nanti. Lupakan cerita masa lalu, dulu, dulu, dan dulu kita berjaya nak, kalau kini ya lihatlah?

Yups, kok bisa mahal ya. Kan perusahaan kita sendiri, berdiri di negara sendiri. Dikelolah oleh bangsa sendiri. Bahan baku meruah, perusahaan perkebunan besar menggurita.

Logistik, teknologi, dan akses pun semakin maju. Kok minyak goreng bisa langka, mahal lagi. Piye khabare?

Nah, mungkin sepertinya kampus/kurikulum merdeka nantinya Pak menteri. Materi kebangsaan lebih diprioritaskan, pasalnya kepentingan sendiri dan golongan/kelompok diatas kepentingan bersama atas nama Indonesia. 

Hajat rakyat pada dikemana?

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun