Semua jenis tanam dapat tumbuh, bahkan varian tanaman kacang-kacangan bisa tumbuh dengan subur.
Faktanya, kita masih tergantung pada negara lain dalam supplay dan impor dari bangsa lain demi mencukupi kebutuhan pangan bangsa sendiri, yang konon katanya memiliki julukan sebagai bangsa agraris.
Justru menurut pandangan awamnya penulis, mestinya kita yang ekspor pada negara lain, iya kan. Jika dipikir-pikir barangkali banyak faktor lain yang berkaitan dengan hal ini? Tapi entahlah.
Disamping seringkali bermunculan # Save and tagg, kalimat tanpa pikir 'tolak produk luar, stop impor dari negara itu ini, ganyang terus, cepat putuskan hubungan kerjasama, dan sebagainya.'Â
Tahu tempe setidaknya memberikan tamparan keras buat kita, iya kan. Kacang kedelai saja masih impor, jadi malu kan.
Apabila kita impor ya artinya kita tidak mampu mencukupi kebutuhan pangan kita sendiri. Dan butuh uluran tangan bangsa lain tuk impor, mensupplay pada bangsa kita.
Seperti Bawang, Beras, Kacang Kedelai dan sebagainya belum juga bisa mampu kita penuhi dengan sendirinya,Â
Dibidang non pangan apalagi, piye? Jadi pikir-pikir berasumsi tentang hal seperti ini bukan. Tanpa kita sadari, justru kita sedang bercermin melihat wajah kita sendiri.
Lalu, dengan langka dan mahalnya tahu tempe dan minyak goreng beberapa waktu lalu, setidaknya berhubungan dengan fakta dunia pernanian, dan mimpi bangsa dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Secara mayoritas sebagai bangsa petani. Kok bisa langka yang semestinya bisa diadakan. Dan bersinggungan dengan hasil pertanian, dan mampu untuk dikembangkan, apabila hulu hingga hilir, kepala sampai ekor menyikapi hal ini.Â
Yakni kukuh tetap mempertahankan identitas sebagai bansga pandai bersyukur karena subur.Â