Sepemahaman penulis, pandai merasakan. Baik saat sedang tertawa atau sedang dilanda kesedihan karena musibah atau bencana, contohnya.
Titik emosi orang lain rasakan, kekalutan, amarah, kepiluan, yang perlu dekapan, dorongan dari orang lain. Menyemangati tika terpaan ini, minimal mengurangi rasa beban itu.
Seperti korban musibah atau bencana alam misalnya. Yang menyebabkan kerugian besar baik materil maupun nonmateril yang tidak terukur, seperti dampak psikologis para korban bencana.
Belajar merasakan yang mereka rasakan, serta berupaya membantunya. Bentuk dari sebuah kepedulian kita antar sesama, bukan.
Bencana, Rasa Kemanusiaan, dan Motif Kepentingan
Bencana yang selalu meluluhlantakan segalanya, seringkali memberikan bekas yang teramat dalam, yang tak terlukis dalam kata-kata. Sudah tentu ujian dan cobaan ini, butuh uluran tangan dari orang untuk bangkit dari keterpurukan.
Disinilah rasa kemanusiaan kita dipertanyakan dan diminta, saat melihat saudara-saudara kita yang sedang mengalami titik keadaan membutuhkan bantuan, baik materil ataupun moril.
Bantuan materil ataupun moril, yang dapat kita berikan. Sangat membekas loh buat mereka. Kepedulian antar sesama, perwujudan rasa manusiawi.
Maka tak heran apabila disetiap daerah terjadi dilanda bencana, jika ada saudara-saudara kita yang mengalami malapetaka alam apakah itu, seringkali hati kita terpanggil untuk membantu mereka.
Dan selalu bermunculan aksi sosial berupa penanggulangan bencana dan sumbangan dana sukarela pada tempat-tempat tertentu. Baik digalakan segelintir orang yang mengatasnamakan rasa kemanusiaan, organisasi, kelompok sosial dan sebagainya.
Beraksi memberikan bantuan dan sumbangan sukarela kepada pihak yang menjadi korban bencana. Baik didaerah sendiri maupun didaerah lain, ya atas nama kata kemanusiaan.