Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Reward, Punishment, dan Tiga Simbiosis dalam Dunia Kerja

11 September 2021   19:35 Diperbarui: 15 September 2021   17:16 368
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi meeting | Sumber: Shuttrestock via lifestyle.kompas.com

Loyalitas, dedikasi, kreatif, inovatif, serta integritas sangat penting dalam menekuni pekerjaan. 

Dunia kerja barang tentu menuntut dan mengharuskan pekerjanya untuk selalu profesional di setiap menjalani tugas dan fungsi yang diemban.

Pokoknya harus totalitas dalam bekerja. Namun faktanya sering ditemui tidak sedikit banyaknya kasus baik yang bersifat kasuistik dan insidental dialami pekerja dan tempat bekerja tidak berjalan seperti mestinya.

Ketimpangan standar upah minimun merupakan contoh kasus yang serius. Tidak sebandingnya tuntutan pekerjaan dengan apa yang didapatkan. Jomplang, kerja maksimal tapi upah yang diterima sangatlah minimal.

Persoalan tersebut sering dieluhkan para pekerja seantero dunia, khususnya unjuk rasa para kaum buruh setiap berorasi meminta kenaikan gaji.

Kerjanya pada serius, namun gajinya pada main-main. Kerja main-main, gajinya pada serius, hehe...

Untuk itu perlunya harmonisasi ikatan dalam dunia kerja untuk jadi catatan penting bagi pekerja dan tempat kerja. 

Tempat kerja kepingin hasil yang terbaik, maka kesejahteraan para pekerjanya juga penting untuk selalu dipertimbangkan. 

Begitupun pekerjanya, jika berharap sejahtera maka bekerjalah sebaik mungkin, agar tempat kerja semakin maju dan besar. 

Timbal balik dari kemajuan berdampak pada kesejahteraan. Bekerjalah semaksimal mungkin dan selagi mampu sebab katanya usaha tidak mengkhianati hasil.

Jangan sampai menuntut gaji yang besar, namun ogah dalam bekerja. Jangan sampai gaji besar yang diterima tidak sebanding dengan hasil kerja, hehe. Malu dong sama tenaga kontrak, gaji miris namun kerjanya menumpuk bak setinggi gunung. Seabrik tugas pokok plus tugas tambahan yang bukan tugasnya. Ini fakta loh!

Nah, dalam artikel kali ini hanya berbagi cara pandang versi kacamata awamologi dalam menilai harmonisasi dunia kerja. Agar sama-sama uenak, tidak ada yang merasa dirugikan. 

Tiga tipe simbiosis dalam dunia kerja yang lazim ditemukan. Dan pentingnya ada reward dan punishment bagi pekerja.

Tiga Tipe Simbiosis dalam Bekerja

Dalam pelajaran IPA khusus pelajaran biologi, kita sudah dikenalkan dengan tiga cara interaksi sesama makhluk hidup dengan makhluk hidup yang lainnya. 

Hal ini cocok untuk dikaitkan pada dunia kerja loh, agar terciptanya harmonisasi antara tempat kerja dengan para pekerja. 

Simbiosis mutualisme, sederhananya sama-sama diuntungkan. Pekerja sejahtera dan tempat kerja makmur nan semakin maju jaya. 

Caranya ya pekerja harus totalitas bekerja, tempat kerja pun mesti memberikan imbalan yang setimpal buat mereka atas pekerjaannnya. 

Seperti kumbang dan bunga, kumbang dapat sari madunya bunga, dan bunga merasa terbantu dalam proses penyerbukan.

Simbiosis parasitisme. Kalau tipe yang ini seperti benalu dan pohon inang. Satu yang diuntung dan yang satu dirugikan. Uenak di loe nggak enak digue. 

Tempat kerja yang diuntungkan namun pekerjanya tidak dipikirkan. Atau sebaliknya tempat kerja telah mengeluarkan finansial yang besar namun para pekerjanya tidak berbuat sebaliknya.

Simbiosis komensalisme. Tipe ini berada posisi di tengahnya, netral. Sama tidak diuntungkan juga tidak dirugikan. Seperti ikan remora dan ikan hiu atau tanaman anggrek dan pohon mangga.

Namun jika dalam dunia kerja tidak baik loh, tipe ini nggak bagus dong. Kerjanya pada datar, nggak ada kejaran. Pada nyaman akan kondisi masing-masing.

Sing penting nggak gangguin gue, yang lain terserah mau apa. Mau maju atau mundur, pokok ehh negara telah kasih gaji sampe pensiun.

Pekerja kurang kreatif misalnya, rentan berpengaruh pada tempat kerja. Bahasa gaul tidak greget dan bisa semaput nih tempat kerja bukan!

Nah dari tiga tipe simbiosis ini manakah yang tipe yang kamu pilih? Atau jangan-jangan eehhh kita termasuk tipe parasit dan komensalisme? Husss semoga saja tidak dan dijauhi ya geiis.

Reward dan Punishment

Promosi jabatan, kenaikan pangkat, bagi-bagi bonus, kenaikan gaji berjenjang, pengharapan masa depan yang cerah sesungguhnya impian semua pekerja.

Maka timbulnya semangat dan antusias bekerja dan menjadi kompetisi antara pekerja untuk unjuk diri menjadi yang terbaik. Sing penting bukan unjuk gigi dan gemar tunjuk jari. 

Sing penting sadar diri dan berkompetisilah ala hidup sehat, catet. Tidak mengadopsi filosofis panjat pinang, payah diangkat waktu di atas lupa dengan yang di bawah, huhu.

Inilah reward, penghargaan yang pantas untuk diberikan, pemantik semangat bekerja. 

Adanya motivasi untuk mengejar prestasi kerja. Ingat, jangan gemar PHP dalam dunia kerja buat pekerja, entar bumerang loh.

Selanjutnya punishment, dunia kerja mesti mempertimbangkan pada sisi ini selain reward. 

Tegas dan keras bukan dengan kekerasan. Efek jera dalam bentuk hukum kerja sesuai aturan yang berlaku.

Jangan sampai yang memberikan hukuman malahan jadi contoh kurang baik buat bawahan. Atau memberikan hukuman hanya buat para pekerja strata terendah karena tidak profesional, tapi bos-bos pada berbuat sebaliknya. 

Penutup

Ada sebuah evaluasi dalam dunia kerja yang perlu jadi kajian? Yaitu manajemen. Jadi manajemen mengandung suatu arti kegiatan yang bersifat tata kelola. Bila diperdalam secara bahasa maka akan muncul sebuah pertanyaan "mengapa?", karena dalam tujuan kita membutuhkan instrumen untuk mewujudkannya.

Dalam ilmu manajemen terdiri dari tiga tingkatan: high class, middle class and lower class. 

Berdasarkan 3 tingkatan tersebut. Maka, dapat digambarkan seperti piramida Mesir. Semakin ke atas semakin kecil, begitupun sebaliknya semakin ke bawah semakin lbesar. 

Beginilah dalam dunia kerja, yang di atas hanya segelintir 'minoritas' sebagai top leader. Dan yang di bawah jumlah yang terbanyak yakni sebagai bawahan. 

Nah kalau dari tanggung jawab dan ke profesionalitas seharusnya seperti piramidanya terbalik, makin ke atas harus lebih semakin hebat dan memberi teladan bagi yang di bawah .

Eiitt jangan dibalik ya kalau dalam segi tanggung jawab, tupoksi. Nanggung dong kami yang di bawah.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun