Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Translate Lagu Jibeak Awieo dan Lalan Belek dalam Lirik Lagu Legend Rejang

27 Agustus 2021   20:25 Diperbarui: 27 Agustus 2021   23:26 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Tanpa Hiburan, Gimana ya Rasanya?

Saya yakin dan percaya, semua yang ada di blog kompasiana ini, sudah pernah bahkan berulangkali merasakan gimana rasanya menempuh perjalanan jauh?

Mudik, studi banding, touring, bertamasya, perjalanan dinas, survey lokasi apakah itu. Dengan perjalanan menggunakan kendaraan roda empat. Pengalaman yang sungguh berkesan, ya kan.

Banyak temuan dan pengalaman yang sampai saat masih saja diingat. Baik atau justru kebalikannya, pahit pokoknya. Sumpah atas nama Tuhan sebagai saksinya. Ini pertama dan terakhirnya, saya keluar kota, kapok. 

Kalau pada gratis, dan ada uang sakunya, ya ikut lagi hehe...

Terlepas apakah mengunakan jasa kendaraan travel, mobil dinas atau kendaraan pribadi dikemudikan sendiri. Tanpa ada hiburan musik? Tanpa ada lagu? Hening seperti lagi bermusuhan? Piye?

Jika pertanyaan ini terlontar untuk penulis, maka jawabannya sangatlah bosan, terasa suntuk bin jenuh. Sepi dan sungguh perjalanan kurang asyik. Bete pokoknya.

Bagaimana dengan kalian? Senang-kah dengan suasana yang seperti ini. Akh, lupakan sing penting tujuan sampai dan pada selamat sampai tujuan, kan.

Keseruan dalam perjalanan yang jauh, menurutku hiburan sangatlah penting. Kelakar plus guyonan renyah sangat baik untuk mengurangi rasa penatnya perjalanan.

Karena jadwal tidur jadi terganggu, anggota badan serasa tidak karuan, makan nggak teratur, sampai dengan pipis pun bikin susah, ribet bukan main, bau badan dan pakaian pada kusut dan bau nano-nano pada acem.

Nah, hiburan musik dan lagu bisa mengurangi keluh kesah itu. Menurutku lho. Bernyanyi ria, bergoyang dua jari. Kan, lebih hidup suasana perjalanan, daripada manyun tanpa suara, diem-diaman.

Pak sopir jadi tidak mengantuk, ikut nimbrung menyumbangkan suara, meskipun suara pada compreng jadi bahan tertawa dan canda-candaan. Pokok pada kagak kantuk. Bahaya, jika sopir pada ngantuk saat menyetir. Nah, ini perlunya hiburan.

Karena asyiknya, eehh tahu-tahu sudah sampai tu alamat yang dituju. Lupa sama jauhnya.

Misalnya, mendengar lantunan tembang kenangan, lagu daerah dari ranah Minang atau Samosir, Campursari, slowrock mancanegara Scorpio. Enjoy banget, walau artinya pada kagak tahu apa maksudnya.

Musik yang seringkali penulis dengar. Pas nih lagu tuk perjalanan. Selera gue banget pokoknya. Pakem nih Pak sopir putaran lagunya, tahu aja gimana selera para penumpangnya hehe..

Kembali pada judul yang ingin penulis tuliskan dan bagikan kali ini. Apa khabar dengan perkembangan lagu daerah orang Rejang?

Yang kini penulis rasakan mulai jarang terdengar lagi bahkan seperti telah hilang terdengar lagi ditelinga penulis, khusus buat lagu-lagu baru yang dirilis.

Bila melihat masa lima tahun sebelumnya, lagu Rejang khusus di Rejang Lebong cukup mengembirakan loh, perkembangan lagu baru pun lumayan mengembirakan. Siaran radio daerah, bahkan acara-acara formal, sering diputar lagu yang baru.

Apakah karena penulis yang kurang update, atau memang pada faktanya. Hal ini seringkali penulis cari pada chanel youtube tuk melihat/download lagu Rejang yang baru. 

Namun lagu-lagu yang legend, lagu-lagu lama yang pada bermunculan. Kok kota Curup pada sepi? Paling banter lagu Tejang dari kabupaten lain, yang beberapa rilis. Mohon seniman ciptain dong lagu baru?

Dan pihak yang berwenang yang punya tinta pena ikut serta tuk membumikan kembali lagu daerah kita, dan memfasiltasi para seniman daerah? Semoga

Sekapur Sirih dari penulis, memperkenalkan dua lagu daerah kami. Lagu legend, yang hingga saat ini belum diketahui siapakah penciptanya. Tanggal dan tahun rilisnya.

Kutipan lirik dalam bahasa Rejang sebagai salam pengantar/perkenalan. Transalate bahasa Indonesia.

Jibeak Awieo (jangan cak itu/seperti itu). Cipta: NN. Bait 1 dan 3.

Lak mumei coade lapen
Ade lapen pucuk ubei
Lak betunak coade lawen
Ade lawen semulen tuwei

Mau makan sayur habis
Ada sayur daun ubi/singkong
Mau nikah tidak ada lawan
Ada lawan gadis/perawan tua

Anak kan seniep bae
Lak melapen silei cigai
Anak tun kemeleak bae
Lak mengasen caci cigei

Anak Ikan dipanggang/dibakar saja. Mau dimasak/disayur garam habis. Anak orang (gadis) dipandang saja.
Ndak dilamar/pinang duit abis.

Lalan Belek (lalan balik/pulan). Cipt: NN. Bait 2, 4, 6 dan 8

Kemak boloak si depeak depeak nang au
Kemak dawen si lipet duwei si lipet duwei
Kunyeu depoloak e'tun temegeak nang au
Belek be asen ite beduei ite beduei

Ambik/ambil bambu separuh-paruh (berapa batang). Ambik daun dua lipat dua lipat. Biar sepuluh orang yang larang. Balik lah janji kita berdua kita berdua.

Amen ku namen repie epet nang au
Coa ku melapen eboak kedulo eboak kedulo
Amen ku namen idup yo peset nang au
Coa ku lak tu’un mai dunio tu’un mai dunio

Kalau ku tahu pare pahit. Tidak kusayur sayur buah labu. Kalau ku tahu hidup ini susah. Tidak lah mau lahir kedunia.

Amen ade seludang pinang nang au
Jano guno ku upeak igei ku upeak igei
Amen ade bayang betunang nang au
Jano guno bemedeak igei bemedeak igei


Kalau ada setangkai pinang. Tidaklah guna aku bekerja. Kalau ada bayang mau nikahan. Tidaklah guna berpacaran terus.

Bilei iyo temanem tebeu nang au
Amen sebilei temanem seie temanem seie
Bilei iyo ite betemu nang au
Amen sebilei ite becei ite becei

Hari ini bertanam tebu. Kala lusa bertanam serai. Hari ini kita bertemu. Kalau lusa kita bercerai/berpisah.

Salam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun