Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humor Pilihan

Kelakar Boedi Bocah Cilik saat Mendapati Kupon Kurban

20 Juli 2021   06:43 Diperbarui: 20 Juli 2021   06:45 262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Boedi berlari kegirangan, sambil mengepal kertas kecil bertuliskan angka tertera nama masjid Al-ikhlas dibelakang angka. Besok lebaran haji, sholat Idul Adha dan memotong hewan kurban. Pekik si Boedi, bocah berusia sembilan tahun. Yang kini duduk dikelas tiga sekolah dasar.

Senyum riang, Pak ini ada kupon dari pak imam. Jam dua nanti ambil daging kurban Pak. Ada tiga sapi dan lima ekor kambing, hewan qurban dikampung kita. Sapinya gede buanget, kambingnya ada jenggotnya. Mirip jenggot kakek dulu lho Pak, Boedi tertawa cekikikan.

Boedi besok ingin lihat ya Pak, mau lihat gimana hewan qurban saat dipotong. Kata Bedoel teman Boedi, dulu ada hewan kurban waktu dipotong ada yang bertingkah lho Pak. 

Ngamuk, susah sekali mau dipotong. Ada juga yang lari kemana-mana lepas dari talinya, sukar mati walau urat telah terputus. Bahkan ada yang menangis saat ingin dipotong. Pak Jaelani guru ngaji Boedi juga pernah cerita lho Pak.

Kalau kata teman Boedi si Bedoel, sikap hewan kurban yang aneh itu tergantung niatnya yang bekurban. Tulus atau tidak. Lebih-lebih sumbernya memang tidak dari hasil yang baik. 

Katanya, bisa saja dari hasil sengketa harta warisan keluarga, jual beli dari hasil menipu orang lain, atau hasil pratik korupsi uang rakyat. Benarkan kan Pak?

Huss! 

Boedi jangan banyak berprasangka yang bukan-bukan. Timpal Bapak. Mestinya kita harus banyak bersyukur Boedi.

Untung ada yang mau bequrban ditahun ini. Disaat ekonomi kurang menguntungkan karena corona. Jadi kamu jangan banyak berpikir macam-macam, berdoa aja besok waktu sholat semoga corona lekas berakhir. 

Dan kamu bisa sekolah normal kembali, tidak online terus, bisa bertemu guru dan bermain dengan teman-teman sekolah mu. Terutama si Bedoel teman akrab mu itu.

Daripada terus cerita gituan, mendingan kamu bantu Ibukmu di dapur, bantu ibu cuci piring apa? Atau ajak Ibukmu pergi ke kebun belakang mencari bumbu dapur untuk besok. Kunyit, lengkuas dan serai yang dulu kau tanam.

Asyiap, komandan! Laksanakeun

Tapi Pak, sebelum Boedi pergi bantu Ibuk. Boedi aneh sama Pak haji yang kaya raya lho Pak. Pak haji pada ngamuk sama pak pak imam, katanya tidak kebagian kupon kurban dari panitia masjid. 

Padahal kaya, rumah besar, kebun luas, mobil tiga. Usaha banyak. Tu Buk haji kalau belanja sama Bik Surti tiap pagi, jangan sayur dan lauk. Untung Bik Surtinya tidak sekalian dibeli.

Kok masih kepingin kupon qurban diributkan kan Pak? Kan masih banyak yang lebih layak. Malu dong sama Pak Jaelani walau sekelas guru honor, nolak tu waktu pak iman berikan kupon kurban.

Gertak Bapak! Boedi cepat pergi? Dasar cengengesan melulu dari tadi!

Boedi berlari sambil lari kegiragan dengan kuponnya. Buk, nih kupon qurban Boedi dapat dari pak iman. Bapak telah Boedi beritahukan lho Buk.

Tapi, kok bapak diam lho buk. Kurang suka mendengar cerita Boedi, cerita teman Bedoel dan pak Jaelani. Apakah bapak tidak suka dapat kupon kurban. 

Bukan Boed, bapak tidak apa-apa. Dia senang lho sama Boedi. Mana ada orang tua tidak melihat anak secerdas kamu, pintar sekali melihat hal-hal janggal yang terjadi. Di usia kamu.

Biasa bapakmu, kalau diam serta mudah marah itu artinya bapakmu lagi butuh gitu?

Karens pandemi bapak tidak banyak dapat uang seperti biasanya. Padahal kalau tidak dilanda pandemi. Ibuk, Bapak mau bequrban atas nama kamu, Boedi. Jadi batal deh, mungkin tahun depan rezeki ya Boed?

Buk, Boedi pada binggung cerita beberapa tetangga. Ada yang mampu namun sangat berharap sekali sama kupon qurban. Rela berkunjung kemasjid-masjid sekitar sambil memelas, agar dapat si daging. Lalu dagingnya bukan dimakan tapi justru dijual kembali dipasar besoknya.

Untung besar dong! Tanpa modal beli hanya bermodalkan meminta-meminta ke berbagai tempat pemotongan. Nah, rusak nih mental orang itu kan Buk?

Yups, kamu memang anak Ibuk. Jangan sampai kita yang gituan Boedi.

Omong-omong daripada kita bahas selalu tentang seputar fenomena kupon kurban.
Ayuuk ke kebun, mencari bumbu dapur yang Bapakmu perintahkan. 

Bumbu untuk daging kurban besok, rendang kesukaanmu.

Sebelum berangkat ke kebun. Parang atau arit jangan lupa, ingatkan Ibuk. Dan kupon kurban disimpan terlebih dahulu nak.

Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun