Karena prinsip hidup tidak boleh pasrah pada keadaan. Bedul dan Fulan melakukan berbagai upaya untuk mencegah hama ini. Dengan menerapkan berbagai sumber informasi dalam penanganan hama yang sangat mengkhawatirkan hasil panen nanti.
Membingungkan, dari berbagai hama tersebut hanya satu hama yang sangat susah untuk ditangani oleh mereka. Yakni hama Tikus. Menggeret batang padi, membuat pemandangan padi seperti gundul/kompong dari kejauhan.
Lahan persawahan rusak hanya tersisa dipinggiran pematang yang masih jelas terlihat utuh, yang mungkin nanti bisa untuk dipanen. Walaupun dengan hasil yang mengecewakan.
Sambil menggeleng kepala atas kejadian yang menimpa. Masih sempat untuk melakukan upaya pada Padi yang masih tertinggal, yang masih bisa dipanen. Walaupun hasilnya jelas berkurang seperti biasanya, biar dapat sedikit sing penting panen, kelakar Bedul.
*****
Bangsat nih Tikus, gila nih serangan Tikus, awas kalau ketemu saya bakar hidup-hidup, maki si Fulan.Â
Penuh emosi yang meluap-meluap. Sedangkan Bedul hanya diam menunduk, berpikir tenang dalam melihat keadaan yang mereka alami ini. Kedua petani ini pun segera mencari alternatif untuk menangani hama Tikus.
Tapi, Fulan dan Bedul berbeda dalam bersikap. Satu dengan emosi dan satu lagi lebih tenang melihat keadaan ini.
Sebut saja si Fulan namanya, dengan amarah membara Ia pun langsung mencari Tikus yang merusak sawahnya. Kebetulan ia melihat, lalumengejarnya.
Melihat ancaman mendekat, Tikus dengan cerdik berlari dan bersembunyi didalam lobang pada kolong Pondok sawah si Fulan.
Masih dengan emosi tinggi tanpa berpikir panjang Fulan spontan membawah korek api untuk membakar Tikus. Langsung membakar lobang persembunyian Tikus.