Dan selalu suka kemenangan tak urung mau secara instan tanpa menjalani proses panjang yang melelahkan. Jika diresapi pasti ada kenikmatan yang bisa diambil sebagai refleksi arti kehidupan.
Pada sisi lain, bertani bergelut pada tanah, lumpur, bau rerumputan, kucuran hujan, terik matahari. Hakikat semua ini adalah analogi yang mampu ditamsilkan.Â
Hukum karma alam, bahwa mencintai sesuatu dengan keikhlasan dengan memperlakukan alam secara baik, alam pun tahu membalas kebaikan manusia itu.
Kembali konteks bertani secara filosofi. Semailah kebaikan dengan niat yan baik. Tanamkan pada diri, dipupuk dan dirawat. Hati nurani akan terpancar bak tanaman subur. Suatu saat akan menghasilkan buah yang terbaik. Yakni budipekerti yang terpancar.
Yang bermanfaat berbagi kebajikan buat orang lain, karena menjadi baik adalah proses, ya seperti proses bertani. Kitalah yang menentukan, merenungi apa itu bumi (tanah) yang dipijak dan apa itu langit sebagai atap hidup ini. Entalah!
SALAM
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H