Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Bilang Indonesia Itu Miskin yang Miskin Itu Mentalnya

3 Januari 2021   09:43 Diperbarui: 3 Januari 2021   09:44 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Koes Plus "Kolam Susu"

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada badai, tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Bukan lautan hanya kolam susu
Kail dan jala cukup menghidupimu
Tiada badai, tiada topan kau temui
Ikan dan udang menghampiri dirimu

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman, wuh

Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman
Orang bilang tanah kita tanah surga
Tongkat kayu dan batu jadi tanaman

Dalam lirik lagu Koes Ploes diatas menggambarkan betapa kaya Tanah Air kita yaitu Indonesia. Pada lirik kata "Orang bilang tanah kita tanah surga. Tongkat kayu dan batu jadi tanaman". 

Pada kata larik kata "Orang bilang tanah kita tanah surga". Barangkali inilah alasan mengapa Bangsa penjajah dulu ingin menguasai kita. Karena memiliki Sumber Daya Alam yang melimpah yang tidak mereka dapati di Negara mereka. Dan kita punya kekayaan, baik didarat maupun dilautan, Baik diatas maupun yang terdapat didalam perut Bumi.  

Selanjutnya larik kata "Tongkat kayu dan batu jadi tanaman". Kandungan makna kata ini menggambar betapa suburnya tanah pertiwi. Jangankan yang lain, Tongkat Kayu dan Batu pun bisa tumbuh jika tertancap atau jatuh tergeletak diatas tanah kita.

Perumpamaan tongkat misalnya, kita analogikan dari batang Singkong dan Batu adalah biji Kemiri yang keras. Apabila jatuh diatas tanah Indonesia, besar kemungkinan akan tumbuh hidup dan berkembang. Hebat bukan.

Dijuluki Negara Kalung Zamrud Khatulistiwa. Beriklim tropis, memiliki dua musim, musim panas dan hujan. Cocok dengan sebutan negeri Indonesia pertanian.

Kekayaan sumber daya alam baik dapat diperbaharui dan tidak dapat diperbaharui, aneka flora fauna, kultur budaya ada dipangkuan Bumi Pertiwi ini.

Mirisnya Negara kita kaya tapi penduduk kita miskin. Belum setara bahkan sebanding dengan kemakmuran  Negara maju. Dari semua bidang lini kehidupan.

Dunia dalam konteks ini telah membagikan tiga kategori tingkatan Negara diukur dari tingkat kemakmuran dan kesajahteraan. Negara maju, negara berkembang dan negara tertinggal. Klasifikasi ukuran ini menguraikan perbedaan disetiap Bangsa. Secara tidak langsung berupaya berkompetisi dalam mencapai tingkatan yang tertinggi diantara yang lain.

Secara logis perbedaan mendasar tiga kategori itu tidak terlepas pada variable pendukung dan variable permasalahan yang cenferung mempengaruhi. Mengapa ia disebut maju, berkembang dan tertinggal, bangsa kaya, dan bangsa miskin.

Merujuk padangan kata awal tulisan ini. Negara kita kaya, memiliki Sumber Daya Alam yang Berlimpah. Yang tidak dimiliki oleh mereka, di Indonesia ada. Bertolak belakang dengan kenyataan bukan.

Perumahan kumuh, pengangguran, TKI, anak-anak putus sekolah, ketergantungan pada Negara lain dan kemiskinan-kemiskinan akut adalah fakta bahwa kita termasuk bangsa yang belum keluar dari bangsa yang berkembang

Meskipun secara data statistik sering disampaikan pertumbuhan ekonomi kita diangka tertentu menuju perbaikan. Dan adanya seraut centang prenang politik, sistem, birokrasi yang berbelit-belit.

Jikalau dihubungkan dengan pada Sumber Daya Manusianya. Kita Indonesia sangat mumpuni bila dibandingkan dengan dahulu dari sisi keahlian/kepakaran. 

Faktanya sudah banyak yang mengenyam pendidikan tinggi. Lulusan luar negeri. Tenaga yang terampil dan terdidik, ilmuan dan cendekiawan sesuai bidang. Jadi Kompetensi yang tidak diragukan, toh.

Namun, ya kita tetap seperti ini. Mungkin barangkali yang belum terbangun di Negara kita. Yakni mentalitas atau karakter seperti Bangsa luar. Jadi kekayaan yang dimiliki menjadi sia-sia.

Relevansi Mental Itu Penting

Mengutip dalam buku Muktar Lubis, Manusia Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta; 2001. Walaupun ada juga yang tidak setuju/sepakat dengan persepsi ini. Yang membahas buruknya mentalitas Bangsa Kita. Ya, sah-sah saja buka.

Namun dalam hal bukan prihal pro atau kontra, yang dilihat sisi positiv yang bisa dipetik. Kata Mbok, ambil yang baik tinggalkan yang buruk, gitu aja kok repot.

Ada enam sifat orang Indonesia menurut Muktar Lubis di Bukunya. Munafik, Bersifat Feodal, Tidak Amanah/bertanggungjawab, Percaya dunia mistik, artistik/glamor/hedonis, dan Berkarakter lemah .

Artinya sehebat apapun yang akan dibuat atau dilakukan pada dasarnya kembali pada sang pelaku/pelaksana bukan. Menyalahi sistem atau birokrasi ya salah menurutku. Jika yang membuat atau pelaksananya yang bermental buruk tidak berbuat tuk semestinya. Alhasil, semua bisa menjadi"mandek".

Senada dengan pendapat Koentjaraningrat dalam Antropologi. Yang membagikan kemiskinan menjadi dua kemiskinan. Yang mendasari kemiskinan di Indonesia Kemiskinan Struktural dan Kemiskinan Kultural.

Kemiskinan Struktural

Kemiskinan Stuktural dimana keadaan kemiskinan disebabkan terjadi sebuah kerendahan akan sebuah akses terhadap sebuah sumber daya.

Menjadi miskin karena kebijakan, pembangunan yang tidak merata dalam artian berat sebelah atau tidak sama sekali dibuat dalam menjangkau seluruh masyarakat. 

Munculnya Kemiskinan Struktural karena dari pemangku kewenangan berupa kebijakan pemerintah yang menjurus kearah tersebut tidak berjalan. Dan adanya sebuah struktur pembangunan lini ekonomi yang tidak kondusif.

Apabila melihat dasawarsa untuk sekarang dan semoga terus berlanjut, pembangunan yang dilakukan pemerintah mesti diaparesiasi. Megaproyek infrastruktur telah gencar dibangun, aset akses penunjang sektor ekonomi rakyat, program-program yang langsung dirasakan manfaatnya. Artinya pemerintah sekarang berupaya keras untuk mewujudkan kemakmuran Bangsa bukan.

Kalaupun masih terjadi atau tetap saja miskin, ya mungkin kita dilanda Kemiskinan Kultural perlu banyak berkaca diri. Ya, jangan selalu menyalahi pemerintah dong, yang terkadang kitanya yang tidak mau berubaha hehe...Kitanya yang begitu?

Kemiskinan Kultural

Kemiskinan Kultural lebih tertuju kepada sebuah sikap dari manusia dan juga masyarakat yang dimana terjadi dikarenakan sebuah masalah pada faktor budaya seperti tidak ingin memiliki sebuah kehidupan yang lebih baik.Miskin dikarenakan keinginannya sendiri.

Ada analisa menarik dari Guru Antropologi di SMA dulu yang masih saya ingat sampai sekarang. Ia menyatakan bahwa kita terlalu terlena dengan kelebihan yang diberikan Tuhan kepada kita. Dan pada akhirnya membuat kita malas berpikir dan melakukan terobosan. 

Berbeda dengan bangsa luar yang memamg dituntut oleh kondisi alam yang keras sehingga untuk merespon tantangan ekstrim itu, semua daya akan mereka lakukan. Misal kata Bapak guru, Bangsa sana beriklim subtropis empat, semi, gugur, dingin dan panas. Dari kondisi ini memantik mereka berpikir dan berupaya keras jangan sampai stok makan dimusim gugur atau dingin kehabisan.  Tamatlah hidup mereka. Jikalau tak mandiri kan.

Namun berbeda dengan kita, yang aman dengan kondisi seperti ini, pada akhirnya membuat kita manja lambat laun mengakar dalam Karakter jiwa kita.

Lanjut katanya, lihat saat sekarang semua bersifat konsumtif. Kebutuhan semua kita beli padahal bisa dilakukan sendiri, kita bisa tanpa membeli. Sebut saja bumbu dapur kita, semua kita beli, padahal kita bisa memanfaatkan pekarangan, lahan disekitar kita untuk bercocok tanaman. Minimal penghematan.

Jadi katanya, kita dimiskinkan oleh pola pikir bangsa kita sendiri. Budaya tidak mau repot dan budaya malas. Pada ujungnya selalu menyalahi pemerintah. Mengeluh, memaki, berteriak, tergantung kepada orang lain. Padahal kita mampu untuk itu.

Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun