Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Siapa Bilang Indonesia Itu Miskin yang Miskin Itu Mentalnya

3 Januari 2021   09:43 Diperbarui: 3 Januari 2021   09:44 1406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Mirisnya Negara kita kaya tapi penduduk kita miskin. Belum setara bahkan sebanding dengan kemakmuran  Negara maju. Dari semua bidang lini kehidupan.

Dunia dalam konteks ini telah membagikan tiga kategori tingkatan Negara diukur dari tingkat kemakmuran dan kesajahteraan. Negara maju, negara berkembang dan negara tertinggal. Klasifikasi ukuran ini menguraikan perbedaan disetiap Bangsa. Secara tidak langsung berupaya berkompetisi dalam mencapai tingkatan yang tertinggi diantara yang lain.

Secara logis perbedaan mendasar tiga kategori itu tidak terlepas pada variable pendukung dan variable permasalahan yang cenferung mempengaruhi. Mengapa ia disebut maju, berkembang dan tertinggal, bangsa kaya, dan bangsa miskin.

Merujuk padangan kata awal tulisan ini. Negara kita kaya, memiliki Sumber Daya Alam yang Berlimpah. Yang tidak dimiliki oleh mereka, di Indonesia ada. Bertolak belakang dengan kenyataan bukan.

Perumahan kumuh, pengangguran, TKI, anak-anak putus sekolah, ketergantungan pada Negara lain dan kemiskinan-kemiskinan akut adalah fakta bahwa kita termasuk bangsa yang belum keluar dari bangsa yang berkembang

Meskipun secara data statistik sering disampaikan pertumbuhan ekonomi kita diangka tertentu menuju perbaikan. Dan adanya seraut centang prenang politik, sistem, birokrasi yang berbelit-belit.

Jikalau dihubungkan dengan pada Sumber Daya Manusianya. Kita Indonesia sangat mumpuni bila dibandingkan dengan dahulu dari sisi keahlian/kepakaran. 

Faktanya sudah banyak yang mengenyam pendidikan tinggi. Lulusan luar negeri. Tenaga yang terampil dan terdidik, ilmuan dan cendekiawan sesuai bidang. Jadi Kompetensi yang tidak diragukan, toh.

Namun, ya kita tetap seperti ini. Mungkin barangkali yang belum terbangun di Negara kita. Yakni mentalitas atau karakter seperti Bangsa luar. Jadi kekayaan yang dimiliki menjadi sia-sia.

Relevansi Mental Itu Penting

Mengutip dalam buku Muktar Lubis, Manusia Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta; 2001. Walaupun ada juga yang tidak setuju/sepakat dengan persepsi ini. Yang membahas buruknya mentalitas Bangsa Kita. Ya, sah-sah saja buka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun