Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kecerdikan Politik Jokowi dan Keberhasilan Kariernya yang Tidak Terduga

25 Desember 2020   15:16 Diperbarui: 25 Desember 2020   17:25 1809
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sederhananya jawaban dari asumsi bahwa Jokowi cerdik berpolitik. Pertama kepercayaan publik terbukti mengapa ia selalu menang. Kedua pinangan partai besar bahwa ia pantas diusung dan sukar cari rival untuk dicundangi.

Sisi yang lain dari kefiguran Jokowi justru mampu menaikkan 'rate' Elektebilitas dari beberapa parpol selama ini. Yang mengusungnya dalam debut kontes demokrasi. Pasca pilpres beberapa partai pengusung merangkak naik secara persentase yang signifikan.

Namanya seperti simbol penting meraup suara pileg kemarin. Berbagai analis bahkan beberapa artikel kompasiana juga menggambarkan/menghubungkan prihal melonjak angka-angka tersebut. Karena ada Figur tertentu, dasar keberuntungan pemilu yaitu pileg beriring pilpres. Bahkan kasus turunnya suara partai pun terindikasi adanya salah usung di pilpres.

Merujuk dari sensi dan tensi pilpres kemarin. Publik pun berharap penuh cemas, dinamika politik yang tajam hingga menjalar di tataran akar rumput. Bangsa ini seakan mau terpecah belah. Suasana politik yang jarang terjadi dari segi dampak pergesekan. Tetangga sebelah rumah toh, gara-gara berbeda pilihan saat pilpres. Bahkan tidak bertegur sapa seperti bermusuhan.

Isu-isu berkembang, dari disentegrasi, makar, people power berkumandang dimana-mana. Jangan-jangan bangsa ini terancam bubar. Perang saudara seperta bangsa luar. Pokok eh, mencemaskan!

Kembali konteks ini, Jokowi jago berpolitik. Di tengah kencangnya angin menerpa pohon kelapa. Melalui rekonsiliasi pun berjalan lancar. Kompetitor terberat dapat dirangkul dalam kabinet. Membantu Presiden menata bangsa. Secara tidak langsung mampu meredam kecamuk yang berkembang.

Terlepas apa itu tanggapan miring hasil rekonsialiasi berjalan mulus pasca bergabung Prabowo ke koalisi, kabinet kerja Jokowi- M. Amin. Persatuan dan kesatuan adalah yang terpenting bukan. Daripada persepsi kekecewaan antara dua kubu berbeda sebelumnya.

Harmoni dan dinamisnya politik mesti untuk dipahami oleh publik. Harus mampu melihat sisi baik atau buruknya, stop berprilaku membabi buta yang tidak bekesudahan. Akur-akur wae lah.

nasional.kompas.com
nasional.kompas.com
Fakta lainnya, di penghujung tahun ini dengan adanya reshuffle kabinet beberapa hari yang lalu dan pasca penangkapan Habib Rizieq Shihab. Membuka mata Jokowi pandai bermain peran. Pandai memainkan irama dan moment.

Pertama, Penangkapan HRS. Moment yang ditunggu selama ini. Siapa pun telah tahu sepak terjang FPI . Yang terkadang memberikan warna kurang menariknya image pemerintah karena ulahnya.

Seperti duri dalam daging. Dibiarkan melonjak, tidak dibiarkan harus bergesekan berimbuh kisruh. Penangkapan ini moment kepiawaian Jokowi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun