Komunikan. Selera pendengar. Yang lagi diminati pangsa pasar. Atau  selera fans/para penggemar. Yang sekarang temanya apa sih yang berkembang. Namun jangan lupa ciri khas harus ada, agar punya fans sendiri kan.
Media. Alat musik. Seiring perkembangan teknologi mau atau tidak mau alat pun mestinya bermetamorfosa kan. Mesti canggih. Untuk mendukung performan musik lebih baik.Â
Termasuk media publisnya. Yang tidak pakai kaset, VCD, DVD lagi tapi menggunakan media aplikasi lebih jitu dalam pemasaran.
Pesan. Makna karya itu penting. Karena musik adalah bentuk seni/keindahan. Maka pesan keindahan adalah penting. Indak liriknya, dalam maknanya. Indah semuanya pokok...eh.
Umpan Balik. Ketika unsur diatas terpenuhi umpan balik adalah klimaks sebuah karya musikal menjadi menarik berkualitas dan berkelas.
Persuasifnya musik menghujam pada jiwa, bergetar, menghentak rasa, bahkan menetes butir air mata, merinding bulu roma, menusuk mengiris dan membakar kutub jiwa.
Fakta dapat dirasakan ketika mendengar sebuah lirik pada bait-bait lagu diiringi irama dalam musik seakan memberikan suatu arti kata pada diri.
KORELASI MUSIK DENGAN JIWA
Bagaimana korelasi musik dengan jiwa? Untuk menjawab sebenarnya kita harus kembali pada hakekatnya manusia adalah sebagai makhluk yang mencintai keindahan.
Dan juga makhluk yang tidak terlepas dari tantangan dan permasalahan. Dimana tantangan permasalahan yang sulit dan memperihatinkan, manusia membutuhkan sebuah ketenangan sebagai juru selamat dalam menyelsaikannya.
Apakah bantuan orang lain atau mukjizat Tuhan. Meditasikah, jalan--jalankah atau justru dengan mendengar musik. Berkaroke ria. Membuat jiwa tenang dalam memutuskan tindakan, misalnya.