Artikel ini pernah dibaca di Blog yang saya lupa siapa nama penulisnya tiga tahun yang lalu. Tulisan analogi yang inspiratif buat seorang pendidik dan juga orang tua tentunya.Â
Dalam artikelnya sang penulis menggambarkan tentang Induk Elang dipegunungan dengan anaknya yang tumbuh dan berkembang menjadi sosok Elang dewasa .
Ya, saat bagi anak-anak Elang belajar cekatan, tidak selalu tergantung lagi kepada sosok sang induk. Pembentukan keterampilan khusus adalah tugas akhir induk untuk mengajarkannya. Bagaimana anak menjadi seekor Elang yang sempurna, nantinya.
Dengan melatih bagaimana cara terbang adalah sempurna salah satu cara mempersiapkan keterampilan. Karena terbang merupakan keistimewaan untuk Elang.Â
Yang jelas mempersiapkan anak untuk bertahan hidup dari kerasnya hukum alam. Dan persaingan sesama predator. Dan cara mengintai mangsa dari puncak ketinggian yang paling jitu.
Nah, karena Elang gemar bersarang ditempat yang tinggi-tinggi. Dipuncak gunung, pohon tinggi, jurang terjal, bibir pantai/laut. Berada ditempat ekstrem sukar terjangkau maka belajar terbangnya pun penuh tantangan toh!
Lanjut, adapun cara dilakukan dalam memberikan pelajaran terbang pada anaknya.
Pertama membawa sang anak pada tepi jurang yang tinggi lalu mendorong sang anak jatuh kedalam jurang tersebut.
Kedua membawa sang anak terbang bersama diatas ketinggian lalu ia lepaskan.
Ketiga mendorong sarang tempat anak bernaung sehingga anak terjatuh dari sarangnya atau jatuh bersama sarang itu.
Lalu apa induk Elang melepas begitu saja setelah anak jatuh, tentu tidak. Dan Elang tetap memantau, bila sang anak masih atau belum mahir mengepakkan sayapnya saat akan mendarat dibumi.
Maka, induk akan menyambar sang anak kembali dan terus berulang hingga sang anak mampu mengepakkan sayap yaitu terbang secara baik mampu terbang tinggi seperti dirinya. Jika perlu lebih tinggi lagi, ahaay.
Tiga cara belajar terbang ini sungguh terkesan kejam dan ekstrem dalam mengajarkan anak untuk terbang, kan. Namun justru cara inilah membuat sang anak itu mampu terbang seperti induknya.
Jika sang anak mampu mengepakkan kedua sayapnya dalam latihan berbahaya, selamatlah ia dari kematian sesungguhnya dari ketidakmampuan yang akan mengancam keberlangsungan hidupnya.Â