Pendek kata, tiga aspek yang ingin diwujudkan dalam pendidikan  seperti aspek kognitif, afektif maupun psikotomorik seakan tidak mampu diwujudkan oleh aplikasi teknologi itu.
Kelembutan tutur sapa, kelihaian dalam merangkai kata serta kebaikan sikap seorang guru, adalah inti pendidikan yang hadir dalam benak siswa, yang dirindukan yang tidak bisa diberikan oleh teknologi, kan.
Hikmah Pandemi, Menjadi Guru Itu Tidak Mudah
Melihat seliweran berita-berita yang beredar di jagad maya, seperti media social (medsos). Cuitan dari para siswa hingga orang tua dalam proses kegiatan belajar mengajar (online). Menuai ragam cuitan, dari hujatan, komentar bahkan curhatan yang bersifat keluh kesah.
Sindiran keras pun terlontar kepada pemerintah lebih-lebih kepada Menteri Pendidikan saat ini Bapak Nadim Makarim, bahwa kebijakan yang dilakukan di tengah Pandemi saat ini, mesti untuk dievaluasi.
Pasalnya, kebijakan belajar online. Sebagian masyarakat beranggapan terbebani, apalagi masyarakat di daerah tertinggal di perkampungan, mulai dari factor jaringan internet, kuota, hingga kepanikan orang tua dalam membimbing anak-anaknya, yang belajar dari rumah. Dilain sisi, imbas mempengaruhi pendapatan masyarakat, kan.
Namun dalam konteks ini, pandemic banyak memberikan pembelajaran buat kita. Mulai evaluasi pembangunan dari pemerintah, khususnya jaringan internet yang belum merata, hingga kepada kebiasaan hidup sehat yang sering terlupakan oleh kita.
Apabila merujuk kepada konteks guru sebagai pendidik, belajar yang dilakukan di rumah. Yang mana orang tua menjadi guru dadakan sebagai pembimbing anak dalam mengerjakan berbagai tugas sekolah, tak jarang banyak mengalami hambatan.
Mulai dari pendidikan orang tua yang tidak mumpuni, hingga memberikan kesulitan anak untuk bertanya. Kesibukan orang tua semakin bertambah selain aktivitas biasanya. Kesabaran orang tua seperti diuji.
Hal ini menurutku, semesetinya memberikan hikmah baru bagi orang bahwa menjadi guru tidak mudah, kan! Dan menjadi pemahaman yang kadang menyudutkan seorang guru yang mendidik anak-anak mereka di sekolah.
mendidik satu orang saja, mumetnya setengah mati. Bagaimana seorang guru yang mendidik banyak anak, kan
Salam