Hicki adalah salah satu film inspiratif yang pernah di produksi oleh Bollywood pada tahun 2018 yang lalu, bertemakan suasana akademis. Yang diperankan oleh aktris papan atas, Rani Mukherje yang berperan sebagai pendidik dengan nama Naina Mathur, pendidik/guru di sekolah St.Notker's School bergengsi.
Sebagai pendidik yang memiliki kelainan dari manusia normal, yaitu mengidap penyakit Sindrom Tourete. Yakni kondisinya suara cegukan yang tidak terkendali. Sindrom ini merupakan penyakit neuropsikiatrik yang membuat seseorang mendapatkan seperti sengatan listrik di saraf otaknya sehingga mereka mengeluarkan ucapan atau gerakan secara spontan (tic) tanpa bisa mengontrolnya.
Sindrom ini akan semakin parah jika penderita sidrom berada di keadaaan takut dan gugup, atau dalam tekanan Psikologis. Kelainan yang ia alami juga kerap menjadi bahkan olok-olokan bahkan menjadi tertawaan bagi murid-muridnya.
Di antara tantangan yang ia alami tidak membuat 'down' bahkan menjadi energy positiv buat Naina Mathur untuk membuktikan kepada kepala sekolah beserta rekan kerjanya. Bahwa kelemahan yang ia miliki bukanlah penghalang untuk mewujudkan ambisinya untuk mengajar. Namun, kekurangannya justru memberikan
Dalam alur Film ini, sang actor diberikan tanggungjawab yang cukup rumit, yakni menjadi guru di salah satu kelas yang terkenal bandel di sekolah ini. Kelas 9F yang menjadi salah satu kelas sorotan, dan telah banyak membuat keonaran yang mengganggu aktivitas belajar mengajar.
Pada awalnya sangat sulit untuk membenahi kelas 9F, hal ini dibuktikan telah banyak guru-guru sebelumnya angkat tangan/menyerah untuk mendidik kelas ini. Indikasi ini tidak membuat semangat surut buat sang actor untuk beradaptasi kelas ini.
Kata-kata Bijak Buat Pendidik dalam Fim Ini
"Pendidik biasa hanya memberi ilmu, pendidik hebat membuat kita mengerti, tapi pendidik yang sangat hebat menunjukan cara mengamalkannya dan menjadi teladan bagi anak didik".
"Mengajar itu mudah, tapi belajar itu sulit. Dengan kata lain lencana bukan  untuk anda. Tapi, andala adalah untuk lencana".
Pelajaran yang dapat dipetik dari sebuah film ini sangat banyak, khususnya buat pendidik di tanah air.
Pertama, jangan memilah milih terhadap anak didik. Yang pintar disanjung, yang mengalami kekurangan di kucilkan. Dalam artian "anak kandung dan anak tiri". Yang memberikan stigma kurang baik. Siapa yang dekat dengan si 'guru' pasti nilainya bagus, hehehe.
Kedua, jangan memaksakan cara kita agar dipahami anak didik, tapi belajarlah memahami pola mereka dalam belajar. Hal ini kita dituntut untuk lebih kreatif, bukan hanya tataran belajar, tapi proses belajar, yaitu metode pembelajaran yang asyik.
Ketiga, Jangan bersifat teoritis saja dalam pembelajaran yang dikenal CBSA (catat buku sampai abis), namun nilai praktik, khususnya teladan pendidik untuk merangsang siswa dalam bertindak dengan memberikan contoh yang terbaik. Sekali kesalahan pendidik terlihat oleh peserta didik, nilai wibawa pun jatuh!
Keempat, Mendidiklah dengan sepenuh hati bukan separuh hati, karena mendidik adalah investasi buat mereka. Dengan memanusiakan manusia, kan.
Kelima, Dekatilah mereka dan jangan menjauhinya. Terkadang mereka perlu untuk dirangkul dan didengar. Betapa banyak permaslahan anak didik kerena kita tidak berusaha menyelami permasalahan yang komplek bagi mereka. Dan mereka sangat mengharapakan, ada sosok yang mendorong untuk berjalan, karena permasalahan anak-anak bervariasi, kan.
Salam
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H