Dalam pembangunan misalnya kata tepat guna, tepat waktu, tepat tujuan dan tepat sasaran diharapkan jadi barometer dalam kebijakan. Bukan nilai semu yang hanya manis sesaat supaya dihormati. Nilai praktise tuk segelintir orang tak akan dikenang dan wangi dalam hirupan manusia. Sekedar untuk mencari nama supaya tingkat papularitas melambung, tapi lupa akan kata apa dan mengapa ini dibuat?
Pro kontra pun kerap terjadi bila melihat pembangunan yang dijalankan pemerintah. Penataan pasar harus cekcok dengan penjual, perluasan jalan tertunda adanya pemboikotan dari masyarakat, bahkan perseteruan hangat antara penguasa, yaitu legislative dan eksekutif. Inilah potret real yang selalu menjadi menu pemberitaan yang kita saksikan.
Drama apik dimunculkan dari berbagi pertunjukan scenario pembangunan bak dunia sandiwara tingkat elit. Baik ditingkat pusat sampai dengan tingkat daerah sering terjadi. Tanpa melihat sisi kegunaan dan aspek kebutuhan utama di saat sekarang.
Secara naluri pembangunan dengan melihat sisi manfaat, sasaran, tujuan dan kesadaran diri mestinya jadi pertimbangan. Harusnya analisis SWOT dijadikan assement lapangan penting tuk dikumpulkan sebagai materi perencanaan. Dan dibedah secara analisis yang serius bukan "ecek-ecekan" dalam bahasa daerah kami. Perlu "reset" dalam istilah para wakil rakyat, yang saya ingat waktu mendengar reset calon DPR waktu dahulu.
Dalam artian kebijakan pembangunan yang sudah, sedang, dan akan dilakukan, diharapkan harus survey terlebih dahulu melihat standar efisiensi yang dicanangkan. Atau keiniginan untuk mewujudkan visi atau suatu ambisi diturunkan beberapa derajat celcius demi kejayaan bersama.
Apalagi kalau yang dibangun hanya berupa ornament berbentuk tugu, patung atau monument yang tidak memiliki daya esensial sama sekali. Tidak ada nilai jual atau daya tarik yang berguna. Hanya menghabiskan anggaran secara sia-sia. Lebih-lebih dana yang dikucurkan terbilang cukup besar. Tanpa ada hasil yang dirasakan.
"Dimana keadaan masyarakat disekitar dalam keadaan memprihatinkan, inilah yang harus di selsaikan terlebih dahulu, daripada bangunan menurutku".
Namanya keindahan, sangat erat akan nilai seni manusia. Semakin tinggi ide kreasi yang diwujudkan dengan kreatifitas mampu dijadikan sebuah "icon" pembangunan menurutku.
Banyak karya-karya yang lahir bukan dalam suatu bentuk bangunan pisik, tapi non fisik pun memilki daya tarik yang cukup besar. Contohnya, kerajinan tangan, kesenian (tari, music, sastra), pariwisata alam, bahkan kekayaan budaya local mampu meningkatkan brand dan nilai jual tuk kemajuan daerah kita.