Bagaimana Jika Oposisi Tidak Ada
Roda demokrasi mengalami sebuah kemacetan besar. Tirani akan terjadi. Berbuah akan derita rakyat. Kalau pemerintah tidak melihat aspek pembangunan cenderung berbuat untuk kepentingan pribadi dan golongan. Inilah konsekuensi yang dicemaskan.
Praktik-praktik jual beli kursi untuk rebutan sekeping roti akan lebih mudah dilakukan. Rakyat hanya menggigit jari melihat ulah mereka. Apalagi kebebasan berpendapat sempat dibungkam dengan aturan kebijakan pemerintah.
Kompasiana Bisa Jadi Pilihan Beroposisi
Mengapa?Jika melihat kondisi yang tidak pasti di negara ini. Dengan politik yang punya warna dan sukar di prediksi. Hanya kepasrahan bila melihat ini terjadi, tapi ini juga bukan suatu solusi yang baik untuk bangsa ini.
Semoga kebebasan berpendapat tidak sempat dibungkam! Dan diberikan kebebasan beraspirasi, menyuarakan harapan bangsa. Keinginan mulia buat tanah air yang kita cintai.
Untuk itu kompasiana bisa menjadi pilihan yang baik untuk beroposisi. Jika tida ada oposisi di tingkat perpolitikan nasional. Ini menarik jika melihat dari penulis-penulis kompasiana  yang hebat-hebat dalam mengulik berbagai permasalahan dengan berbagai sudut pandang.
Berdasarkan pengalaman sejak bergabung di kompasiana, jadi alasan yang menarik untuk dilihat. Mulai aspek keilmuan, pengalaman dan sepak terjang sangat mumpuni. Ide-ide yang muncul pun sangat fantastis. Kompasianer yang beraneka bisa menjadi ujung tombak sebagai control kebijakan.
Sumbangsih pemikiran yang konstruktif sebagai kritik dan saran yang untuk pemerintah. Dari kompasianer. Kalau oposisi tidak menarik lagi bagi para elit. Yang penting kebebasan berpendapat tidak dibungkam. Dan hoaks tidak menjamur.
Curup, 02 Juli 2019
Ibra Alfaroug