Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Karena Bapak dan Ibuk Sayang Zahra

30 April 2019   08:18 Diperbarui: 30 April 2019   08:21 130
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by; pixabay.com

BAGIAN SATU

Zahra berlari kegirangan menghampiri teman-teman kuliahnya. Aku luluuus dalam teriakannya!, selesai sudah perjuangan yang melelahkan. Membuat kaget di ruang ujian. Penguji terperangah atas ulahnya. Revisinya harus cepat, sapa salah satu Dosen yang kebetulan sebagai penguji. Jika tidak pada hari dan tanggal yang ditentukan. Maka, wisudamu akan undur tahun depan aja, tuturnya.

Sona dan Aurora cekikikan riang melihat tingkah laku Zahra, melompat-lompat sambil memeluk temannya. Hari ini kita merdeka, kita bebas dari buku-buku referensi dan Laptop, kita tidak perlu begadang hingga larut malam dan kejar-kejaran dengan Dosen Pembimbing. Akh, Revisi banter seminggu kelar, celoteh Zahra.

"Ujian Skripsi telah selesai, wisudah dan ijazah masih lama, gimana teman-teman ada rencana tidak mengisi waktu senggang"

"Bagaimana kalau kita cari lowongan pekerjaan, uang dapat dan pengalaman juga, anggap saja sebagai aplikasi teori dibangku perkuliahan, atau kita cari peluang beasiswa S2, Teori tanpa aplikasi kan hanya tataran retorika. Bahkan lapangan bisa memberikan inovasi dan pengembangan keilmuan"

"Kalau aku jawab Sona, lebih baik kita cari hiburan. Refresing, jalan ke Pantai, Gunung atau objek wisata. Merayakan dan melepaskan kepenatan selama tugas akhir"

"Aku setuju jawab Aurora, bagaimana Zahra. Kamu setuju usul Sona, apa ogah, atau punya rencana selain itu"

"Gimana ya, kalau diizinkan sama Bapak dan Ibuk, aku mau-mau aja, tapi lebih asyiknya tamasya ke kampung orang tua Sona loh. kan objek wisata bagus-bagus dan alami lagi" gimana?

"oke, mantap tu, celetuk Aurora. kamu tak keberatan kan Sona, kita berkunjung ke tempat nenekmu"

"ya, Iyalah. bagus. satu tahun ini kan Sona tidak pulang kampung, jadi aku deal"

"Besok di konfir tindak lanjutnya Ya, rencana kita, pungkasAurora. Kini kita bubar dulu, pulang membawa khabar gembira buat keluarga. bahwa kita sukses ujiannya dihari ini"

BAGIAN DUA

Sambil senyam-senyum sambil bersiul Zahra menekan bel. Tut, tut, tut, Assalamualakum, Buk. Tanpa basa basi langsung merangkul Ibunya. Bun, aku lulus skripsinya hanya sedikit revisi. Wah, bagus nak. Ini adalah sebuah kebanggaan dan khabar yang mengembirakan.

Jadi kalau sudah Revisi, hanya menunggu wisudah dan ijazah. Buk, semua aktivitas kampus selesai. Kini aku, Sona dan Aurora punya rencana jalan-jalan keluar kota melepaskan kepenatan selama ini. Bagaimana menurut Ibuk, boleh tidak Zahra refresing ikut mereka. 

Zahra, boleh asalkan Bapakmu setuju. Tapi, pastikan dahulu, apakah benar-benar telah kelar aktivitas kuliahnya. Nanti bisa jadi tertinggal informasi kalau lalai, nak.

Sambil menunggu Bapakmu pulang, lebih baik kamu bantu Ibuk di dapur. Walau pendidikan tinggi  dan karir bagus kamu harus bisa urusan keluarga, seperti memasak, mengurus anak-anak, ataupun masalah rumah lainnya. Karena secara kodrat wanita adalah sosok yang memiliki pengaruh nantinya sebuah keluarga. Sangat naif seorang wanita tidak faham akan urusan rumah tangga.

lihat tu di TV atau Koran, banyak sekali informasi yang miris untuk di dengar, tawuran, narkoba, sek bebas. Semuanya ini salah satu indikator adalah masalah keluarga. Jadi keluarga baik adalah benteng utama dan sebagai pendidikan pertama bagi anak-anak nanti, Bagaimana seorang ibuk tempat mengadu tidak bisa berbuat apa-apa, alhasilnya bahtera akan karam dilautan Zahra.

Kriiit, Bapak pulang Buk. Tanpa pikir panjang segera berlari kedepan.

Assalamu alaikum, suara Bapak.

"Waalaikumsalam, jawab Zahra sambil berlarian menghampiri"

"Mana Ibukmu Zahra, biasanya dia yang menjawab, sambil ngeloyor masuk ke kamar"

"Di dapur lagi berberes makan malam nanti pak, biar Zahra bantuin bawak-kan tasnya"

"Tumben mau bantu, ini pasti ada maunya"

"Pak, Zahra mau ada khabar bagus loh, bahwa Zahra lulus skripsi dan sangat memuaskan. Kini hanya menunggu proses revisi sekaligus menunggu wisudah dan ijazah, jadi 90 persen telah selesai, entar proses tidak jelimet seperti mengurus KTP atau KK di Dukcapil loh pak yang perlu berhari-hari, padahal hanya sekedar infut data dan print"

"Wow, ini baru anak Bapak. Gimana kalau lanjut kuliah lagi atau cari pekerjaan, kemarin teman Bapak kasih info lowongan pekerjaan loh, di kantornya, atau kuliah lagi ke perguruan tinggi yang bagus sesuai dengan pendidikan S1-mu, Khabarnya dunia pendidikan akan semakin ketat bisa jadi kedepannya, guru atau pegawai harus minimal pendidikan S2"

"Nanti Pak, tunggu ijazah telah keluar atau surat keterengan lulus, rasanya Zahra ingin lanjut kuliah lagi. Keperguruan tinggi yang ada Akuntasinya, biar lebih dalam lagi ilmunya dan linear dengan S1 Zahra. Kan negara sedang butuh para akuntan yang ahli, supaya uang negara tidak asal comot dan salah digunakan apalagi di korupsi"

"Pak,Boleh nggak Zahra jalan-jalan dengan teman. Dengan Sona dan Aurora ke kampung orangtuanya Sona, lo pak"

"Oooh ini ya maunya, tapi sebelumnya bapak mau mandi terlebih dahulu, nanti kita bahas lagi setelah Sholat Magrib, Bapak janji loh"

BAGIAN KETIGA

"Buk, Bapak dimana ya?, Buk bisa temanin  Zahra dong cerita disiang tadi loh buk"

"ntar, ibu temanin, kamu yang duluan sana, katanya Wanita pemberani. Masa takut pada ayah sendiri. Bagimana dengan orang lain, senyum Ibuk"

dag, dig, dug. detakan jantung Zahra. Sambil berjalan, boleh atau tidak ya. Di izinkan atau tidak ya.

"Pak, sapa Zahra. Gimana cerita Zahra siang sewaktu Bapak pulang kerja tadi loh"

"Oooh, Cerita yang jalan-jalan itukan. Menurut Bapak, kamu harus pastikan benar-benar apakah benar tugasmu telah kelar, Bisa berantakan nak, kalau lalai, dan beranggapan semua persoalan itu gampang atau sepele"

"Walaupun masalah sebesar kerikil tapi bisa menjatuhkan Zahra, kita harus membedakan sebuah prioritas. Sangat penting, penting dan tidak penting, Ingat Itu"

" Aman pak, Zahra janji. Tamasya juga tidak lama kok pak, Sembilan Puluh Sembilan Persen telah kelar, hanya revisi, wisudah dan ijazah lagi kok Pak"

"Bagaimana dengan Ibukmu"

"Sudah di bilangin kok pak, kata ibuk jika bapak izinkan, maka ibuk juga izinkan"

"Oke, Tapi janji jangan pakai lama. pastikan kelar benar tugasmu"

Kriiing, kring. Zahra teleponmu berbunyi teriak Ibuk. Halo sapa Aurora, gimana jadi nggak rencana kita . Diizinkan nggak orang tuamu. ya, diizinkan. Tapi, jangan pakai lama Ra pesan Bapak. Bagaimana kalau kita berangkatnya hari Minggu ini. Nanti di jemput loh. Okey.

Curup, 30 April 2019

*kalau tidak pernah mencoba dan belajar menulis, mana tau hasilnya*

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun