Mohon tunggu...
Ibra Alfaroug
Ibra Alfaroug Mohon Tunggu... Petani - Dikenal Sebagai Negara Agraris, Namun Dunia Tani Kita Masih Saja Ironis

Buruh Tani (Buruh + Tani) di Tanah Milik Sendiri

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

"Tuan Direktur" karya Buya Hamka, Falsafah Kebahagian dan Ketenangan Jiwa

10 April 2019   08:45 Diperbarui: 10 April 2019   09:23 1388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrated by; Pixabay.com

"Banyak orang yang tidak kaya, tetapi rohnya kaya dengan akhlak yang baik. Hanya saja, kemiskinan menutup rupannya dihadapan orang banyak. Orang yang beruang, menutup kebusukannya dengan bermacam upaya; dan ikan-ikan di dalam kolam, yaitu orang-orang yang pandai bertanam tebu di bibir, karena mengharapkan uang, ia pun ikut menolong menutupi aib orang yang dijilatnya". (Buya Hamka)

Dalam Novel "Tuan Direktur" karya Buya Hamka sangat penuh dengan hikmah dalam mengarungi sebuah kehidupan. Dan dapat dijadikan pembelajaran kepada pembaca yang lebih mengutamakan materi  untuk mengejar sebuah value dari manusia, tapi melupakan sisi Spiritual dan Humanis. 

Berbagai Tipe karakter manusia dipaparkan dalam novel ini. Baik manusia yang serakah, penjilat, sombong, tukang puji, gila hormat, ahli tahayul, bahkan pribadi manusia yang baik yang dapat dijadikan teladan dalam mengarungi kehidupan. Terkadang kehidupan tidak selalu seiring dengan keinginan, penuh onak dan berliku.

Cerita Tuan Direktur dikupas dengan racikan syarat akan sebuah arti. Dengan mengangkat sebuah cerita antara karyawan dan majikan, antara kaya dan miskin, persahabatan, jiwa entrepreneur, kegelisahan hati dan ketenangan jiwa. Bahwa ketenagan jiwa bukan diukur dengan sebuah materi untuk mencapai sebuah hakikat "Kebahagiaan" tapi, jiwa yang merdeka dari rasa yang membebani diri kita.

"Uang Ialah barang singgah yang entah ia pergi lebih dulu dari kita dan meninggalkan kita dengan tidak memilki uang seperti orang miskin. Atau kita yang telebih dahulu meninggalkannya dan ia pindah ketangan orang lain. Lalu, kita kembali ke akhirat dengan sehelain kain kafan. Namun,  apabila kita telah kaya, biarlah ia datang dan pergi sehari sekali, duduk kita tidak akan tergoncang dan berdiri kita tidak akan condong. Sebab, hati kita telah kaya". (Buya Hamka)

Dalam ceritanya didominasi dengan dua orang antara Jazuli dengan Pak Yasin. selain nama lain seperti Fauzi, Margono, Aminah, Kadri, Haji Salmin, Haji Nawawi, Karto dan aktor-aktor lainnya. Karya Buya Hamka ini memaparkan dengan jalan cerita sangat apik, apalagi pertententangan antara Jazuli sang tuan direktur dengan Pak Yasin. 

Khususnya permasalahan sengketa tanah pak Yasin yang akan digusur untuk pengembangan bisnis Jazuli. Berbagai cara dilakukan, tapi tidak berhasil.  Untuk itu menjadi pertanyaan bagaimana pak Yasin mempertahankannya.

Sepenggal Cerita Tuan Direktur

Tuan Jazuli

Surabaya adalah kota yang maju  dengan geliat ekonomi sangat menggiurkan. Kapal dagang dari Hongkong, Kobe dan Amerika Serikat senatiasa  melawati Surabaya sebagai transit perdagangan.

Mendengar kemajuan itu banyaklah orang-orang dari Banjarmasin terutama dari Hulu sungai merantau ke kota Surabaya untuk mengadu nasib, mencari peruntungan. 

Salah satu diantara mereka adalah Jazuli. Seorang pemuda mencoba peruntungan datang ke Surabaya dengan keyakinan dia akan memperoleh derajat yang etlah diperoleh orang lain yang telah berangkat lebih dahulu ke Surabaya.

Jazuli pemuda Banjar yang telah mencoba peruntungan dengan berniaga di bandar Surabaya. berawal dengan menjual barang emas, intan kecil-kecilan. kemudian dia telah membuka kedai emas intan terbesar di kota Surabaya. Perusahaannya tidak kalah besarnya dengan perusahaan lain. Namanya sangat masyhur kemaana-mana sebagai tuan emas.

Awalnya dia datang dengan tekad dan keyakinan, dengan bermodalkan kocek kosong. Namun, berkat itu perubahan kian lama semakin membaik dan menjadikan Jazuli menjadi saudagar yang kaya raya.

Mula-mula dia hanya seorang yang tenang melihat perniagaan, belum tampak mukanya kepada yang lain. Sering waktu seruan kemewahandunia berdengung membisik. tidak heran temannya melihat akan perubahannya. Jazuli yang sederhana, rendah hati, dan berteman dengan siapa saja tanpa melihat statusnya apa. Tapi, Jazuli yang sekarang telah berubah. Jazuli telah berenag dalam uang, semua diukur dengan uang. Kehormatan dan anggukan kepala dapat dibeli dengan uang.

Pak Yasin

Ia orang tua  yang bertabiat aneh, terlalu pemurah, dan ramah. Rumah-rumah sewa itu didirikannya untuk disewakan. akan tetapi segenap penyewa yang terdiri dari kalangan rendah, tidaklah memandangnya sebagai majikan atau tuan tanah tempat mereka menumpang. bahkan mengganggap sebagai seorang bapak. Kehidupannya amat luar biasa, serdehana, bersehaja dan tidak berlebihan dalam berpenampilan.

Didekat tempat tinggalnya yang telah using didirikannya sebuah surau, tempat semua penyewa itu untuk menunaikan kewajiban mereka setiap waktu . setiap petang mereka berkumpul. menceritakan aktivitas berdagang pada hari itu. Ditilik benarlah mereka sperti sekumpulan keluarga yang seiya dan sekata dan pak Yasin dijadikan panutan mereka.

 Ada beberapa makna yang kupetik dari novel ini adalah dalam diri manusia yang penuh dengan pertarungan antara hawa nafsu dan akal, khususnya adalah Hati;

Pertama, Hati adalah tempat pertarungan hawa nafsu dan akal.

Kedua, Hati banyak sekali menerima saran-saran atau ususl yang sukar sekali membendungnya.

Ketiga, Hati merupakan tempat ilham yang baik atau sebagai tempat was-was kejelekan.

Keempat, Penyakit hati seringkali bergejolak dan lebih cepat genuruhnya daripada air panas yang sedang mendididih.

Kelima, Mengobati penyakit hati adalah sukar, sehingga diperlukan banyaknya perhatian dan latihan-latihan buat menyembuhnya.

Ilustrated by; Pixabay.com
Ilustrated by; Pixabay.com

Secara singkat ada beberapa dimaksud dengan penyakit hati;

1. Sombong (Pongah) 

2. Riya'

3. Hasad (Dengki-iri)

4. Marah dan Dendam

5. Prasangka Buruk

6. Cinta Dunia

7. Gila Hormat dan enggan dikritik

8.Cinta Harta dan Pangkat

9. Tipu Daya (ghurur)

10. kikir, tama' dan Rakus

Sumber Bacaan

Hamka, 2017, Tuan Direktur, Jakarta: Gema Insani


Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun