Menurut data dari Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi Aceh-Nias (BRR Aceh-Nias), sebanyak 93.285 orang dinyatakan hilang, sementara lebih dari 500 ribu orang kehilangan tempat tinggal. Tak hanya itu, sekitar 750 orang juga terpaksa kehilangan pekerjaan mereka akibat dampak bencana tersebut.
Di provinsi yang terletak di paling barat Indonesia ini, sebanyak 654 desa mengalami kerusakan parah akibat tsunami. Lebih dari 63.977 kepala keluarga (KK) kehilangan tempat tinggal akibat bencana tersebut.
Secara keseluruhan, kerugian yang ditimbulkan mencapai 97 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Aceh. Dampak tsunami ini terasa tidak hanya di dalam negeri, tetapi juga di luar negeri. Kota Banda Aceh, Aceh Besar, Aceh Barat, dan Aceh Jaya menjadi daerah yang paling parah terdampak. Bahkan, gelombang tsunami juga menghantam wilayah lain di sisi timur Aceh, seperti Pidie, Bireuen, dan Lhokseumawe.
Peristiwa tsunami Aceh masih menyisakan kenangan yang memilukan bagi semua orang di Indonesia, tidak hanya bagi masyarakat Aceh saja. Meskipun waktu telah berlalu, semangat kebersamaan masyarakat tetap terlihat, mereka terus saling bahu-membahu untuk belajar dari pengalaman tersebut dan berusaha agar dampak buruk yang terjadi tidak terulang kembali.
Proses rekonstruksi dan rehabilitasi pasca-tsunami terus berjalan, dengan banyak langkah yang dilakukan untuk memulihkan daerah-daerah yang terdampak. Selain itu, pendidikan tentang mitigasi bencana semakin gencar disosialisasikan, sehingga masyarakat lebih siap menghadapi kemungkinan bencana di masa depan.
Tak hanya itu, kegiatan ini juga menjadi kesempatan untuk mengingat kembali peristiwa tsunami Aceh yang telah mengguncang banyak kehidupan, sebagai bahan pembelajaran untuk generasi mendatang agar tetap waspada dan tanggap dalam menghadapi bencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H