UNGKAPAN 'Akhlak lebih utama dari ilmu' sering kali kita dengar. Ungkapan itu menegaskan bahwa memiliki akhlak mulia adalah landasan penting sebelum seseorang mendalami dan menguasai ilmu pengetahuan. Hal ini mencerminkan bahwa ilmu tanpa akhlak dapat membawa kemudaratan, sementara akhlak yang baik akan menuntun seseorang untuk memanfaatkan ilmunya demi kebaikan bersama.
Akhlak yang baik berfungsi sebagai kompas moral yang mengarahkan seseorang untuk menjauhi keburukan dan mendekatkan diri pada kebaikan. Dalam Islam, akhlak mulia tidak hanya menjadi tuntutan, tetapi juga bagian dari ibadah. Rasulullah SAW bersabda: "Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia" (HR. Ahmad). Hal ini menunjukkan betapa pentingnya akhlak dalam kehidupan seorang Muslim.
Akhlak meliputi cara seseorang berucap, bertindak, dan berinteraksi dengan orang lain, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun tempat kerja. Seseorang yang memiliki akhlak baik akan menunjukkan rasa hormat, kejujuran, empati, dan tanggung jawab, yang semuanya mencerminkan keimanan yang kokoh.
Bagi mereka yang berilmu, terutama ustadz atau ulama, memiliki akhlak mulia adalah hal yang mutlak. Ilmu yang dimiliki seorang ulama tidak hanya dimanfaatkan untuk dirinya sendiri tetapi juga harus menjadi manfaat bagi masyarakat. Tanpa akhlak, ilmu bisa disalahgunakan untuk kepentingan pribadi atau bahkan merugikan orang lain.
Sebuah video viral yang banyak dibicarakan netizen di media sosial tentang tindakan tidak terpuji yang dilakukan oleh seorang tokoh yang biasa disapa Gus oleh para pengikutnya. Peristiwa tersebut terjadi di sebuah acara salawatan, di mana Gus tersebut melontarkan candaan yang dianggap tidak pantas kepada seorang penjual minuman.
Dalam video itu terlihat seorang penceramah menyebut penjual minuman dengan kata g*blok di hadapan banyak orang. Penjual minuman tersebut tampak tersinggung dan merasa malu karena tawa dari para hadirin yang menyaksikan kejadian itu. Meski candaan tersebut mungkin dimaksudkan untuk mencairkan suasana, respons negatif dari netizen menunjukkan bahwa ucapan tersebut dianggap kelewat batas dan tidak menghormati martabat orang lain.
Kejadian ini memicu beragam reaksi di media sosial. Sebagian besar warganet mengecam tindakan tersebut dan menganggap seorang tokoh publik, apalagi dengan predikat Gus, seharusnya bisa menjaga tutur kata serta memberikan teladan yang baik. Beberapa pengguna media sosial juga menyerukan permintaan maaf secara terbuka sebagai bentuk tanggung jawab moral. Â
Seorang ulama atau tokoh yang dihormati, seperti digelari Gus di kalangan masyarakat Indonesia, memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga ucapan dan perilaku. Setiap kata yang keluar dari mulut seharusnya tidak menyakiti hati atau menyinggung perasaan orang lain. Bagaimana mungkin seseorang dapat mengajarkan nilai-nilai akhlak yang mulia jika dirinya sendiri tidak mampu menjadi contoh yang baik bagi para pengikutnya?
Semakin dalam ilmu agama yang dimiliki seseorang, semestinya semakin luhur pula akhlak dan perbuatannya. Ilmu agama bukan hanya untuk dikuasai secara teori, tetapi juga untuk diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga menjadi cerminan nilai-nilai yang diajarkan.
Rasulullah Muhammad SAW adalah manusia yang memiliki akhlak yang mulia. Ia dikenal sebagai sosok yang penuh perhatian dan memiliki rasa empati terhadap umatnya. Dalam banyak riwayat, Nabi Muhammad saw digambarkan sangat peduli terhadap kebutuhan keluarga, para sahabat, hingga orang-orang miskin dan terpinggirkan.