Mohon tunggu...
Mukmin
Mukmin Mohon Tunggu... Jurnalis - Bukan anak Presiden hanya orang biasa
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

DPP LDII Ingatkan Dampak El Nino di Indonesia dan Kiat Ketahanan Pangan

12 Oktober 2023   09:52 Diperbarui: 12 Oktober 2023   09:59 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
DPP LDII Ingatkan Dampak El Nino di Indonesia dan Kiat Ketahanan Pangan. Foto: dok. LDII

Fenomena El Nino saat ini menyebabkan kekeringan di sebagian wilayah di Indonesia. Lantas, pertanyaannya adalah, kapan El Nino ini berakhir?.

Ketua DPP LDII, Rubiyo, memberikan informasi bahwa El Nino yang berlangsung dari April hingga Juni 2023 termasuk cukup kuat. Namun, dia memprediksi situasinya akan kembali normal antara Februari hingga April 2024.

Menurut Rubiyo, ada beberapa langkah yang perlu diambil untuk mengantisipasi dampak buruknya. Pertama, kita harus selalu memantau perkiraan curah hujan dan potensi bencana hidrometeorologi.

Kedua, penting untuk menyesuaikan jadwal tanam dengan benar dan mengurangi risiko. Dan ketiga, kita perlu melaksanakan upaya penanganan dampak perubahan iklim dan kontrol terhadap organisme pengganggu tanaman. Rubiyo juga merupakan seorang profesor riset di bidang pangan.

Ketika ada anomali iklim, risiko serangan hama atau serangga (OPT) pada tanaman menjadi lebih besar. Oleh karena itu, kita dapat mengadopsi varietas tanaman yang lebih adaptif, seperti varietas padi, jagung, singkong, dan lainnya, yang mampu bertahan dalam kondisi seperti ini. Dan kita juga perlu mempersiapkan varietas yang tahan kekeringan, memiliki siklus pertumbuhan yang cepat dan hemat air.

Peneliti utama dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini mengatakan, petani dapat melakukan beberapa tindakan mitigasi untuk menjaga cadangan air dan mengurangi dampak El Nino. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan infrastruktur seperti embung dan dam parit.

Selain itu, Rubiyo juga mengingatkan kita tentang pentingnya variasi dalam pangan. Jangan hanya bergantung pada beras. Indonesia memiliki banyak alternatif sumber pangan seperti jagung, singkong, dan sagu. Sebagai contoh, di wilayah kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian besar petani menanam jagung dan singkong. Di Papua dan Sulawesi, ada sagu. Oleh karena itu, kita dapat memanfaatkan berbagai sumber pangan ini selain beras.

Upaya untuk mencapai ketahanan pangan dapat dimulai dari keluarga. Keluarga dapat memanfaatkan lahan kecil di sekitar rumah, seperti urban farming, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dan juga sebagai sumber pendapatan keluarga.

Sebuah negara akan menjadi kuat jika memiliki kedaulatan pangan, energi yang cukup, menguasai teknologi informasi, dan SDM yang berkualitas.

Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki tantangan yang berbeda dalam mencapai ketahanan pangan. Oleh karena itu, pendekatan ketahanan pangan harus didasarkan pada agrosistem yang ada.

Sementara itu, Ketua Departemen Pengabdian Masyarakat DPP LDII, Muslim Tadjudin Chalid, menekankan bahwa El Nino saat ini telah menghasilkan dampak negatif, bukan hanya pada ekonomi dan pasokan pangan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat, khususnya terkait Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).

Kita semua perlu mewaspadai dampak perubahan iklim. Ada kelompok rentan, seperti anak-anak, orang tua, dan individu dengan daya tahan tubuh yang lemah, yang perlu ekstra hati-hati dalam kasus ISPA.

Muslim juga memberikan informasi tentang gejala awal ISPA, seperti bersin-bersin, hidung tersumbat atau berair, batuk, sakit tenggorokan, kelelahan, dan demam.

Data dari Kementerian Kesehatan menunjukkan kasus ISPA di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, dan Bekasi (Jabodetabek) selama periode 29 Agustus hingga 6 September 2023 mencapai 90.546 kasus. Kenaikan kasus ini sejalan dengan buruknya kualitas udara, yang disebabkan oleh kendaraan, industri, kebakaran hutan, dan lahan (Karhutla).

Muslim mendorong masyarakat untuk mengambil langkah-langkah seperti memeriksa kualitas udara melalui aplikasi atau situs web, mengurangi aktivitas di luar ruangan, menggunakan penjernih udara dalam ruangan, menghindari sumber polusi dan asap rokok, serta selalu menggunakan masker saat tingkat polusi udara tinggi.

Selain itu, ia menyarankan agar masyarakat menjalani gaya hidup sehat dan segera berkonsultasi dengan tenaga kesehatan jika mengalami keluhan pernapasan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun