El Nino saat ini menyebabkan kekeringan di sebagian wilayah di Indonesia. Lantas, pertanyaannya adalah, kapan El Nino ini berakhir?.
FenomenaKetua DPP LDII, Rubiyo, memberikan informasi bahwa El Nino yang berlangsung dari April hingga Juni 2023 termasuk cukup kuat. Namun, dia memprediksi situasinya akan kembali normal antara Februari hingga April 2024.
Menurut Rubiyo, ada beberapa langkah yang perlu diambil untuk mengantisipasi dampak buruknya. Pertama, kita harus selalu memantau perkiraan curah hujan dan potensi bencana hidrometeorologi.
Kedua, penting untuk menyesuaikan jadwal tanam dengan benar dan mengurangi risiko. Dan ketiga, kita perlu melaksanakan upaya penanganan dampak perubahan iklim dan kontrol terhadap organisme pengganggu tanaman. Rubiyo juga merupakan seorang profesor riset di bidang pangan.
Ketika ada anomali iklim, risiko serangan hama atau serangga (OPT) pada tanaman menjadi lebih besar. Oleh karena itu, kita dapat mengadopsi varietas tanaman yang lebih adaptif, seperti varietas padi, jagung, singkong, dan lainnya, yang mampu bertahan dalam kondisi seperti ini. Dan kita juga perlu mempersiapkan varietas yang tahan kekeringan, memiliki siklus pertumbuhan yang cepat dan hemat air.
Peneliti utama dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) ini mengatakan, petani dapat melakukan beberapa tindakan mitigasi untuk menjaga cadangan air dan mengurangi dampak El Nino. Salah satu caranya adalah dengan memanfaatkan infrastruktur seperti embung dan dam parit.
Selain itu, Rubiyo juga mengingatkan kita tentang pentingnya variasi dalam pangan. Jangan hanya bergantung pada beras. Indonesia memiliki banyak alternatif sumber pangan seperti jagung, singkong, dan sagu. Sebagai contoh, di wilayah kering seperti Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagian besar petani menanam jagung dan singkong. Di Papua dan Sulawesi, ada sagu. Oleh karena itu, kita dapat memanfaatkan berbagai sumber pangan ini selain beras.
Upaya untuk mencapai ketahanan pangan dapat dimulai dari keluarga. Keluarga dapat memanfaatkan lahan kecil di sekitar rumah, seperti urban farming, untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari dan juga sebagai sumber pendapatan keluarga.
Sebuah negara akan menjadi kuat jika memiliki kedaulatan pangan, energi yang cukup, menguasai teknologi informasi, dan SDM yang berkualitas.
Indonesia sebagai negara kepulauan, memiliki tantangan yang berbeda dalam mencapai ketahanan pangan. Oleh karena itu, pendekatan ketahanan pangan harus didasarkan pada agrosistem yang ada.
Sementara itu, Ketua Departemen Pengabdian Masyarakat DPP LDII, Muslim Tadjudin Chalid, menekankan bahwa El Nino saat ini telah menghasilkan dampak negatif, bukan hanya pada ekonomi dan pasokan pangan, tetapi juga pada kesehatan masyarakat, khususnya terkait Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA).