Mohon tunggu...
muklisin purnomo
muklisin purnomo Mohon Tunggu... Guru - Guru Ngaji

Penggiat Literasi Dakwah di Kulon Progo

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Idealnya Pendamping Ganjar Pranowo dari Kalangan Nahdliyin

26 April 2023   10:25 Diperbarui: 26 April 2023   10:30 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Ganjar Pranowo akhirnya resmi dikukuhkan sebagai calon presiden dari PDIP pada tanggal 21 April 2023 di Istana Batutulis, Bogor, Jawa Barat. Pengumuman ini dilakukan oleh Ketua Umum PDIP. Setelah resmi mengumumkan Ganjar Pranowo sebagai Calon Presiden dari PDI Ketua Umum Megawati memakaikan Peci di Kepala Ganjar, tentu hal hal ini memiliki makna politik yang simbolis dan kuat.

Peci hitam Bung Karno merupakan simbol nasionalisme dan identitas Indonesia yang dipopulerkan oleh Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Pemakaian peci hitam Bung Karno oleh Megawati kepada Ganjar Pranowo mengandung pesan bahwa Ganjar Pranowo adalah pemimpin yang memiliki integritas dan nasionalisme yang kuat, dan siap memimpin Indonesia dengan memegang teguh nilai-nilai Pancasila dan kebudayaan Indonesia.

Pemakaian peci hitam Bung Karno juga mengandung pesan bahwa PDIP dan Ganjar Pranowo berkomitmen untuk membangun bangsa Indonesia yang kuat dan berdaulat, serta mengutamakan kepentingan nasional di atas kepentingan individu atau kelompok tertentu.

Dalam konteks politik, pemakaian peci hitam Bung Karno ini bisa menjadi strategi politik yang efektif dalam membangun citra dan identitas positif bagi Ganjar Pranowo dan PDIP di mata masyarakat. Hal ini bisa menjadi modal penting dalam meraih dukungan masyarakat dan partai politik lainnya dalam Pemilihan Presiden 2024.

Dinamika Politik Pasca Pencapresan 

Pasca pencalonan Ganjar Pranowo  ketegangan politik yang kian memanas sudah terasa. Keputusan PDIP untuk mengumumkan pencalonan Ganjar Pranowo sebagai calon presiden pada saat-saat terakhir sebelum Pemilihan Presiden 2024 membuat kontestasi politik semakin ketat. Setelah pencpresan ini tentu partai-partai politik lain akan membuka dialog dengan PDI Perjuangan untuk membahas kemungkinan kerja sama dan pemilihan pasangan calon presiden dan wakil presiden yang ideal, yang dapat membawa kemajuan bagi Indonesia.

Pengamat politik, Ujang Komarudin, menyebut bahwa soliditas koalisi yang telah memberikan otoritas kepada Anies Baswedan untuk menentukan cawapres dapat terganggu akibat manuver yang gencar dilakukan oleh PKS belakangan ini. PKS, yang juga merupakan salah satu partai yang terlibat dalam koalisi tersebut, gencar mempromosikan sejumlah nama menjadi cawapres untuk Anies, seperti Sandiaga Uno dan Mahfud MD. Hal ini menunjukkan bahwa partai politik di Indonesia sedang melakukan berbagai manuver untuk mengamankan posisinya dalam Pilpres 2024.

Dinamika politik lain yang juga mencuri perhatian publik adalah pertemuan antara Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Solo, Jawa Tengah, pada Sabtu (22/4/2023). Meskipun selama ini Jokowi juga kerap menunjukkan dukungannya pada Prabowo untuk menjadi capres, namun pasca-pertemuan tersebut, Prabowo justru memberikan sinyal keengganan untuk menjadi cawapres Ganjar. Prabowo menyatakan akan tetap maju sebagai capres sesuai mandat yang diberikan oleh Partai Gerindra.

Pendamping Ganjar Pranowo mesthi Nahdhiyyin 

Presiden Joko Widodo mengungkapkan bahwa ada beberapa nama yang cocok menjadi calon wakil presiden (cawapres) untuk mendampingi Ganjar Pranowo di Pemilu 2024, seperti Erick Thohir, Sandiaga Uno, Mahfud MD, Ridwan Kamil, Cak Imin, dan Airlangga Hartarto. Analis politik menilai bahwa cawapres yang ideal bagi Ganjar haruslah dari kalangan Islam atau religius agar bisa tercipta duet Nasionalis-Religius. Partai yang memiliki kesamaan pandangan seperti PPP, PAN, dan PKB mungkin akan bergabung dengan PDIP. Namun, para ahli politik juga memperingatkan bahwa PDIP harus hati-hati dalam memilih cawapres karena elektabilitas para calon yang dideklarasikan saat ini tidak jauh berbeda. Ganjar membutuhkan pendamping yang mampu meningkatkan elektabilitas di wilayah-wilayah yang kurang kuat seperti Jabar, Jakarta, atau Banten. Salah satu kriteria yang menjadi pertimbangan adalah mencari sosok yang dianggap religius dan memiliki basis elektoral yang kuat.

Dari sekian alternatif nama yang pantas mendampingi Ganjar Pranowo jika ingin menduduki RI maka PDIP harus memilih calon pendamping atau cawapres dari kalangan Nadhlatul Ulama (NU) jika ingin memenangkan Pilpres 2024. Hal ini dikarenakan kekuatan warga NU memiliki dampak signifikan dalam hasil pemilihan presiden, seperti yang terjadi pada Pilpres sebelumnya ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) menggandeng tokoh NU, Ma'ruf Amin sebagai wakil presiden.

Warga NU bisa menjadi faktor penentu dalam perebutan kursi presiden karena NU adalah organisasi keagamaan Islam terbesar di Indonesia dengan jaringan dan basis massa yang sangat kuat dan luas di seluruh nusantara. NU memiliki kekuatan politik yang signifikan dalam pemilihan umum karena memiliki jutaan anggota dan pendukung yang tersebar di seluruh Indonesia. Selain itu, NU juga memiliki kekuatan ekonomi dan sosial yang besar, dengan banyak anggota yang bergerak di berbagai sektor ekonomi dan masyarakat.

Salah satu kader yang NU memiliki potensi kuat menjadi Cawapres yang layak mendampingi Ganjar Pranowo adalah Erick Thohir. Pria yang merupakan anggota kehormatan Banser NU, memiliki elektabilitas tinggi sebagai cawapres, berdasarkan hasil survei terbaru dari Indikator Politik Indonesia (IPI). Dia juga memiliki dukungan partai politik dan logistik yang cukup kuat.

Jika dibandingkan dengan kandidat NU lain seperti Khofifah Indar Parawansa, Muhaimin Iskandar, dan Mahfud MD, Erick Thohir unggul dalam hal elektabilitas, dukungan partai politik, dan logistik. Qodari menambahkan bahwa Erick Thohir juga sering bertemu dengan partai-partai seperti PAN dan PPP.

Namun hari diingat bahwa pemilihan Calon Wakil Presiden (Cawapres) bukanlah perkara mudah. Ada banyak variabel yang harus dipertimbangkan sebelum memilih sosok yang tepat untuk mendampingi calon presiden. Salah satu variabel yang harus diperhatikan adalah elektabilitas. Seorang Cawapres yang memiliki elektabilitas tinggi dapat membantu calon presiden untuk meraih suara yang lebih banyak.

Selain elektabilitas, dukungan partai politik juga menjadi variabel penting dalam memilih Cawapres. Tentu, ada banyak pertimbangan yang dilakukan oleh PDIP dalam menentukan calon Wakil Presiden untuk mendampingi Ganjar Pranowo. Pertimbangan tersebut antara lain mencakup komunikasi politik, kesepakatan antar partai, membangun koalisi yang solid, dan kepentingan yang ada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun